Suster ADM Didorong Melek Media di Era Digital

Suster ADM Didorong Melek Media di Era Digital
Suster ADM Didorong Melek Media di Era Digital

YOGYAKARTA — EDUKATOLIK Literasi media kini menjadi bagian penting dalam pembinaan hidup bakti di kalangan religius, termasuk bagi para suster muda Kongregasi Amalkasih Darah Mulia (ADM). Tim Formatio ADM memandang, pemahaman yang benar tentang dunia digital dan penggunaan media sosial secara etis merupakan kebutuhan mendesak bagi para suster yunior yang hidup di tengah arus informasi tanpa batas.

Untuk menjawab tantangan itu, pada akhir pekan 25–26 Oktober 2025, Tim Formatio menyelenggarakan kegiatan bertema “Literasi Media dan Etika Digital bagi Hidup Bakti” di komunitas suster ADM Gombong. Kegiatan ini menghadirkan Masri Sareb Putra, alumnus angkatan 2000 Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang dikenal luas sebagai penulis, jurnalis, dan pegiat literasi Dayak.

Sebanyak 26 suster yunior ADM mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Mereka berbagi pengalaman pribadi tentang penggunaan media sosial, tantangan yang dihadapi, serta refleksi iman yang lahir dari interaksi mereka di dunia maya. Suasana kegiatan berlangsung santai, hangat, dan penuh tawa, mencerminkan semangat pembelajaran yang hidup di tengah komunitas religius yang terbuka terhadap perubahan zaman.

Dua anggota Tim Formatio, Suster Elisa dan Suster Leonarda, datang langsung dan mengikuti kegiatan dengan saksama sejak awal hingga akhir. Keduanya menegaskan pentingnya pembekalan semacam ini untuk menumbuhkan kepekaan etis dan kedewasaan digital di kalangan suster yunior.

“Literasi media bukan lagi hal tambahan, melainkan bagian integral dari formasi. Ini membantu para suster muda memahami bagaimana menjadi saksi kasih Kristus di ruang digital,” ujar Suster Elisa. 

Etika Digital dan Spiritualitas Bermedia

Dalam sesi yang berlangsung interaktif, Masri Sareb Putra mengajak para peserta untuk melihat media bukan sekadar alat komunikasi, melainkan medan kesaksian iman. Ia menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip etika Kristiani dapat diterapkan dalam setiap aktivitas bermedia sosial.

“Media digital itu netral. Kitalah yang memberi makna pada penggunaannya. Ia bisa menjadi jalan keselamatan atau sebaliknya, tergantung pada bagaimana kita menggunakannya,” ujar Masri.

Masri juga mengaitkan pembahasan dengan salah satu produk penting Konsili Vatikan II, yakni Inter Mirifica (1963), dokumen yang menyoroti pentingnya komunikasi sosial dalam pewartaan iman dan pembentukan kesadaran publik. Menurutnya, pesan dokumen tersebut tetap relevan dalam konteks digital saat ini, ketika setiap orang berpotensi menjadi pewarta melalui media sosial.

“Para religius perlu memahami bahwa dunia digital juga merupakan ruang misi. Kesaksian hidup, kebaikan, dan kasih dapat diwartakan lewat postingan, komentar, maupun interaksi sederhana di media sosial,” tambahnya.

Para suster pun menyambut dengan refleksi dan pertanyaan kritis: bagaimana menjaga kesucian hati di tengah arus informasi yang deras, bagaimana membedakan antara berbagi pengalaman iman dengan mencari pengakuan, serta bagaimana menata waktu agar tidak terjebak dalam budaya digital yang serba cepat.

Diskusi-diskusi tersebut membuat sesi berlangsung hidup dan mendalam. Beberapa suster mengaku memperoleh wawasan baru tentang tanggung jawab moral dan spiritual ketika berinteraksi di dunia maya.

Kebersamaan yang Hangat dan Penuh Sukacita

Kegiatan literasi media ini tidak hanya berisi materi serius, tetapi juga diwarnai suasana keakraban khas komunitas religius. Seperti terlihat dalam rekaman video kegiatan, suasana berlangsung hangat dan gembira. Di sela-sela sesi, para suster menyanyikan lagu-lagu rohani, berbagi tawa, dan saling menyemangati.

Kebetulan, kegiatan berlangsung bertepatan dengan hari Minggu, ketika para suster yunior mendapat giliran menjadi koor dalam misa pagi di gereja paroki. Suasana spiritual itu memperkaya pengalaman pembelajaran: antara refleksi, doa, dan praktik nyata dalam pelayanan.

“Semangatnya bukan hanya belajar tentang media, tapi juga belajar tentang diri sendiri — bagaimana menghadirkan wajah Kristus di ruang digital,” ujar salah satu peserta.

Masri Sareb Putra menutup sesi dengan pesan inspiratif bahwa media, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi alat evangelisasi yang efektif. “Media bisa menjadi sarana kebaikan dan kesaksian iman. Kuncinya adalah hati yang bersih dan niat yang tulus,” katanya.

Tim Formatio ADM menilai kegiatan ini akan menjadi agenda rutin , mengingat pentingnya pembekalan digital bagi para suster muda. “Kita ingin para suster ADM tidak hanya setia dalam doa dan pelayanan, tetapi juga hadir secara positif di dunia digital,” tegas Suster Leonarda.

Dengan semangat itu, kegiatan literasi media bersama Masri Sareb Putra menjadi momentum penting bagi Kongregasi ADM dalam menegaskan komitmen mereka untuk hidup bakti yang kontekstual, relevan, dan komunikatif di tengah dunia yang terus berubah.

 Pewarta: Rangkaya Bada

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org