Logos, Rhema, dan Graphe dalam Alkitab Kristen
MASUK AKAL DAN MEYAKINKAN: Logos, Rhema, dan Graphe dalam Alkitab Kristen. Ist.
Konsep Logos, Rhema, dan Graphe dalam Alkitab Kristen mengungkap tiga dimensi sabda ilahi: Logos sebagai Firman kekal Allah, Rhema sebagai firman yang hidup dan berbicara dalam konteks tertentu, dan Graphe sebagai tulisan suci yang menjadi landasan iman.
Logos, Rhema, dan Graphe membentuk fondasi keyakinan Kristen yang tak lekang oleh waktu menguatkan dalam hidup, dan menuntun dalam menghadapi ajal dengan pengharapan yang teguh.
1. Otoritas dan Kesempurnaan Alkitab
Dalam iman Kristen, Alkitab, yang mencakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (termasuk Injil: Matius, Markus, Lukas, Yohanes), dipandang sebagai firman Tuhan yang diilhamkan. 2 Timotius 3:16 menyatakan: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
Baca Memahami "Bapa Kami" , Doa yang Diajarkan Tuhan Kita oleh Scott Hahn
Alkitab dipandang sempurna dalam konteks rohani dan moral,
menyediakan panduan lengkap untuk iman dan kehidupan Kristen. Injil, yang
mencatat perkataan, perbuatan, dan kehidupan Yesus, menjadi inti Perjanjian
Baru.
2. Yesus sebagai Logos (Firman Allah)
Konsep Logos dijelaskan dalam Yohanes 1:1:
“Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan
Firman itu adalah Allah.” Logos merujuk pada Yesus sebagai Firman Allah
yang menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:14: “Firman itu telah menjadi
manusia dan diam di antara kita”). Dalam teologi Kristen, Logos
menunjukkan bahwa Yesus adalah perwujudan kehendak, hikmat, dan otoritas ilahi.
Perkataan dan perbuatan Yesus yang dicatat dalam Injil dipandang sebagai
ekspresi langsung dari Allah, memberikan otoritas ilahi pada teks Injil.
3. Rhema dan Graphe dalam Alkitab
- Rhema:
Dalam bahasa Yunani, rhema berarti “firman yang diucapkan” atau
wahyu spesifik dari Tuhan. Dalam Alkitab, rhema merujuk pada firman
Allah yang hidup dan aktif, memberikan pencerahan rohani secara langsung.
Contohnya, Efesus 6:17: “Dan terimalah topi keselamatan dari Allah,
dan pedang Roh, yaitu firman Allah (rhema Theou).” Rhema
menunjukkan firman yang diucapkan oleh Roh Kudus untuk membimbing atau
melindungi dalam konteks spesifik. Rhema berbeda dengan Logos:
Logos mencakup Firman Allah secara keseluruhan (termasuk Yesus),
sedangkan rhema adalah firman spesifik yang diterima individu.
- Graphe:
Dalam bahasa Yunani, graphe berarti “tulisan” atau “Kitab Suci.”
Dalam Alkitab, graphe merujuk pada teks suci yang diilhamkan,
seperti Perjanjian Lama atau Alkitab secara keseluruhan. Contohnya, 2
Timotius 3:16: “Segala tulisan (graphe) yang diilhamkan Allah…”
menegaskan bahwa Alkitab adalah tulisan suci yang otoritatif.
4. Mengapa Konsep Ini Dipandang “Masuk Akal”?
Dalam iman Kristen, Alkitab dipandang sempurna karena:
- Inspirasi
Ilahi: Alkitab dipandang diilhamkan oleh Roh Kudus, sehingga bebas
dari kesalahan dalam konteks rohani dan moral (2 Timotius 3:16-17).
- Otoritas
Yesus sebagai Logos: Yesus sebagai Firman Allah yang menjelma
memberikan otoritas ilahi pada Injil, menjadikan perkataan dan
perbuatan-Nya sebagai kebenaran langsung dari Allah.
- Konsistensi
Pasca-Kanonisasi: Proses kanonisasi (abad 2-4 M) menetapkan Injil
Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes sebagai teks resmi, menolak teks lain
seperti Injil Gnostik yang dipandang tidak otentik. Ini memberikan
kesatuan dan kejelasan pada Alkitab.
Konsep Logos, rhema, dan graphe saling
melengkapi:
- Logos
(Yesus) adalah sumber wahyu ilahi.
- Rhema
menyediakan firman yang hidup untuk bimbingan pribadi.
- Graphe
(Alkitab) adalah catatan tertulis yang lengkap.
Kesatuan ini dipandang koheren dalam iman Kristen karena
mengintegrasikan wahyu ilahi dalam Yesus, teks tertulis (graphe), dan
firman yang hidup (rhema), memberikan panduan yang jelas untuk
keselamatan (Yohanes 20:31: “Tetapi semua yang tercantum di sini telah
dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”).
5. Proses Manusiawi dalam Penyusunan Alkitab
Meskipun Alkitab dipandang sempurna dalam iman Kristen,
proses penyusunannya melibatkan manusia:
- Penulisan
Injil: Injil ditulis sekitar 60-100 M oleh para murid atau pengikut
awal, berdasarkan tradisi lisan dan tulisan tentang kehidupan Yesus.
- Kanonisasi:
Gereja awal memilih teks yang dipandang diilhamkan, menolak teks yang
dipandang tidak otentik.
- Variasi
Manuskrip: Sarjana Kristen mempelajari manuskrip kuno (misalnya, Codex
Sinaiticus, Codex Vaticanus) dan menemukan variasi kecil, seperti Markus
16:9-20 atau Comma Johanneum (1 Yohanes 5:7-8), yang tidak ada di
beberapa manuskrip tertua. Variasi ini tidak mengubah doktrin inti
Kristen.
Dalam iman Kristen, proses manusiawi ini tidak mengurangi
kesempurnaan Alkitab karena dipandang dipimpin oleh Roh Kudus.
Kesimpulan
Dalam iman Kristen, Alkitab dipandang sempurna sebagai firman Tuhan yang diilhamkan, dengan Yesus sebagai Logos yakni Firman Allah yang menjelma sebagai sumber otoritas ilahi. Rhema (firman yang diucapkan) memberikan bimbingan rohani spesifik, dan graphe (tulisan suci) mencatat wahyu secara lengkap.
Baca Media Sosial dan Keilahian Yesus: Tantangan Iman Kristen di Era Digital
Proses kanonisasi memastikan teks Alkitab konsisten, dan meskipun ada variasi manuskrip dalam studi akademik, Alkitab tetap dipandang otoritatif untuk iman dan kehidupan Kristen.
Konsep ini
dipandang koheren karena mengintegrasikan Yesus sebagai Logos, teks
tertulis (graphe), dan firman yang hidup (rhema).