Katolik : Menjadi Terang di Tengah Kegelapan

 

Menjadi Terang di Tengah Kegelapan
Orang Katolik terlahir dan dipanggil untuk menjadi Terang di tengah Kegelapan. AI.

JAKARTA - EDUKATOLIKIndonesia saat ini, menurut media sosial, sedang dalam masa "kegelapan."

Banyak kasus dan peristiwa keburukan terjadi di bumi Pancasila. Korupsi merajalela, ketidakadilan sosial semakin terasa, dan nilai-nilai moral terus tergerus. 

Dalam situasi seperti ini, bagaimana seharusnya orang Katolik bersikap?

Baca Dilema Guru dan Teknologi: Apakah Gereja Masih Relevan dalam Pendidikan Gen Z?

Orang Katolik dipanggil bukan untuk sekadar mengutuk kegelapan, tetapi untuk menyalakan secercah harapan. 

Yesus mengajarkan bahwa kita adalah "terang dunia" (Matius 5:14), dan tugas kita adalah membawa cahaya, bukan menambah kegelapan dengan kebencian atau keputusasaan.

Orang Katolik dari Fitrahnya adalah Anak-anak Terang

Sejak awal, iman Katolik menegaskan bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus dipanggil untuk menjadi anak-anak terang. Rasul Paulus menulis, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8).

Menjadi anak-anak terang berarti hidup dalam kebenaran, kasih, dan keadilan. Seorang Katolik tidak boleh hanya mengikuti arus dunia yang penuh kegelapan, tetapi harus menjadi cahaya yang memberi arah dan harapan.

Baca Menjadi Terang dan Solusi bagi Bangsa

Terang dan gelap selalu berdampingan dalam sejarah manusia. Dalam Alkitab, kita melihat bagaimana Kain dan Habel menjadi simbol kontras antara kebencian dan kasih, antara iri hati dan ketulusan (Kejadian 4:3-8). Setan dan malaikat juga digambarkan sebagai dua kekuatan yang terus bertarung dalam ranah spiritual (Wahyu 12:7-9). Yesus sendiri mengajarkan bahwa terang akan selalu berhadapan dengan kegelapan, dan kita dipanggil untuk menjadi anak-anak terang (Efesus 5:8).

Sebagai umat Katolik, kita tidak bisa netral dalam pertarungan ini. Kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan menjauhi kegelapan, sebab terang tidak dapat bersatu dengan gelap (2 Korintus 6:14).

Menjadi Anak-anak Allah Berarti Menyerupai Allah

Dalam tradisi Kitab Suci, mereka yang disebut anak-anak Allah adalah orang-orang yang mencerminkan sifat-sifat Allah. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9).

Ini berarti bahwa menjadi anak-anak Allah bukan hanya soal status, tetapi tentang hidup yang menyerupai Allah—penuh kasih, adil, dan setia. Dalam situasi dunia yang penuh kejahatan, orang Katolik dipanggil bukan untuk ikut larut dalam kebencian, tetapi untuk membawa damai.

Yesus mengajarkan bahwa dunia ini memang akan selalu dihuni oleh kedua kekuatan ini. Dalam perumpamaan tentang gandum dan alang-alang (Matius 13:24-30), Ia berkata bahwa alang-alang akan tumbuh bersama gandum hingga waktu panen tiba. Baru kemudian keduanya dipisahkan: gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung, sedangkan alang-alang akan dibakar. Ini adalah peringatan sekaligus panggilan: dalam hidup ini, kita memiliki pilihan—menjadi gandum yang bermanfaat atau alang-alang yang hanya menghambat pertumbuhan.

Seorang Katolik sejati tidak boleh hanya menjadi penonton atau komentator atas keadaan dunia, tetapi harus menjadi bagian dari solusi. Jika ada kejahatan, lawan dengan kebaikan. Jika ada ketidakadilan, bela yang lemah. Jika ada kebencian, tebarkan kasih.

Menjadi Gandum atau Alang-alang?

Yesus telah memberikan perumpamaan tentang gandum dan alang-alang sebagai gambaran tentang kehidupan di dunia. Gandum melambangkan mereka yang hidup dalam kebaikan dan kebenaran, sedangkan alang-alang melambangkan mereka yang memilih kejahatan.

Kini, di tengah zaman yang penuh tantangan dan kebingungan, kita harus bertanya pada diri sendiri: mau menjadi alang-alang atau gandum? Apakah kita akan hidup dalam terang atau memilih berjalan dalam gelap?

Menjadi anak terang bukan berarti kita tidak akan menghadapi tantangan. Dunia sering kali lebih menghargai kegelapan, dan hidup dalam terang bisa membuat kita dikucilkan atau ditentang. Namun, seperti Yesus berkata, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga." (Matius 5:16).

Maka, dalam menghadapi realitas sosial yang penuh ketidakpastian dan kegelapan, mari kita tetap menjadi terang. 

Jangan biarkan diri kita hanyut dalam keputusasaan, kebencian, atau ketidakadilan. Sebaliknya, jadilah cahaya yang memberi harapan, penghiburan, dan kebaikan bagi sesama.

Baca Pelukan Hangat Bunda Maria

Pilihan ada di tangan kita, tetapi pada akhirnya, hanya mereka yang memilih untuk hidup dalam kasih dan kebenaran yang akan bertahan saat musim panen tiba.

-- Rangkaya Bada

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org