Dilema Guru dan Teknologi: Apakah Gereja Masih Relevan dalam Pendidikan Gen Z?
![]() |
Ilustrasi seorang guru yang menatap gambar Gereja dengan penuh harapan. |
Teknologi telah membawa dampak besar pada kehidupan sehari-hari, khususnya bagi generasi muda yang dikenal sebagai Generasi Gen Z.
Di satu sisi, teknologi menyediakan akses cepat ke informasi, peluang pembelajaran, dan inovasi. Namun, di sisi lain, ketergantungan pada gadget atau gawai telah mengikis nilai-nilai moral dan etika. Anak-anak dan remaja sering kali lebih terfokus pada layar daripada berinteraksi secara nyata dengan dunia di sekitarnya. Gen Z semakin jauh dari dialog langsung yang mengajarkan empati, tanggung jawab sosial, dan integritas pribadi.
Tantangan Moral di Era Digital
Para
guru, yang seharusnya menjadi pelindung etika dan moralitas, kini berada di
titik dilematis. Mereka merasa terkekang oleh aturan formal yang sering kali
membatasi kreativitas dalam mengajar. Sering kali, pendekatan mendidik yang
bersifat holistik — yang menekankan pada pengembangan spiritual dan moral siswa
— tergeser oleh target-target akademis semata. Ini menjadi sebuah masalah,
karena pendidikan bukan hanya soal kecerdasan intelektual, tetapi juga
karakter.
Baca Kecerdasan Buatan untuk Menyelesaikan Tugas Sekolah, Etis dan Bisakah?
Di
tengah situasi ini, muncul pertanyaan: sejauh mana ajaran Katolik dan peran
Gereja dapat menjadi solusi dalam membimbing Generasi Gen Z, yang cenderung
teralienasi dari nilai-nilai dasar kehidupan manusia?
Ajaran Iman Katolik sebagai Solusi
Gereja
Katolik memiliki kekayaan ajaran moral yang sangat relevan dalam menghadapi
persoalan ini. Kitab Suci dan tradisi Gereja mengajarkan pentingnya
keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pengembangan spiritualitas. Gereja
mengingatkan kita bahwa teknologi, pada dasarnya, adalah alat yang seharusnya
melayani manusia dan tidak sebaliknya. Namun, saat ini, kita melihat bagaimana
teknologi sering kali mendominasi kehidupan manusia, mengancam hubungan manusia
dengan sesama dan Tuhan.
Dalam
konteks pendidikan, nilai-nilai Katolik seperti kasih, martabat manusia,
keadilan, dan penghargaan terhadap ciptaan Tuhan harus ditekankan. Guru, yang
berperan sebagai pembimbing moral, seharusnya tidak hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan, tetapi juga mengajak peserta didik untuk berpikir kritis tentang
dampak teknologi terhadap kehidupan spiritual mereka. Ajaran iman Katolik yang
mendalam tentang kesederhanaan hidup, disiplin, dan pengendalian diri bisa
menjadi dasar kuat dalam mendidik generasi yang lebih cenderung bergantung pada
teknologi.
Baca Pendidikan Katolik : Model, Filosofi, dan Tujuannya
Kita
bisa mengambil inspirasi dari ajaran Kristus yang menekankan cinta kasih dan
tanggung jawab terhadap sesama. Dalam menghadapi Generasi Gen Z, yang sering
terisolasi di balik layar gadget, guru perlu berperan aktif untuk membangun
hubungan personal yang mendalam dengan peserta didiknya, seraya menanamkan
nilai-nilai kekatolikan yang kokoh.
Peran Gereja yang Lebih Nyata
Namun,
ajaran nilai Katolik tidak akan cukup jika tidak diiringi dengan tindakan
nyata. Peran Gereja dalam menghadapi krisis moral di era digital ini harus
lebih dari sekadar memberikan panduan umum. Gereja perlu mengambil
langkah-langkah konkret untuk menumbuhkan kesadaran kolektif tentang bahaya
teknologi yang tidak diawasi dan peranannya dalam membina generasi muda.
Pertama,
Gereja harus keluar dari zona rutinitas dan formalitas yang terkadang hanya
berfokus pada agenda yang sudah terjadwal. Gereja perlu lebih proaktif dalam
melibatkan diri dalam pendidikan moral anak-anak dan remaja, baik di
sekolah-sekolah Katolik maupun dalam lingkungan keluarga. Misalnya, Gereja
dapat menyediakan program-program pembinaan untuk orang tua, guru, dan kaum
muda tentang bagaimana memanfaatkan teknologi secara bijak dan bertanggung
jawab.
Kedua,
paroki-paroki dapat menginisiasi gerakan untuk membatasi penggunaan gadget
dalam konteks-komunitas menggereja. Program "Hari Tanpa Gadget" atau
sesi retret yang fokus pada kontemplasi, doa, dan dialog langsung tanpa
distraksi teknologi bisa menjadi langkah nyata untuk membangun kesadaran
kolektif. Ini juga merupakan kesempatan bagi Gereja untuk mengajarkan kembali
nilai-nilai seperti disiplin spiritual, pengendalian diri, dan keterlibatan
aktif dalam kehidupan nyata.
Baca Mgr. Dr. Valentinus Saeng, Uskup Sanggau : Mengenal Uskup di Indonesia (1)
Ketiga,
gereja perlu memberikan dukungan nyata kepada para guru dalam menavigasi
tantangan pendidikan di era digital. Pelatihan-pelatihan dan seminar yang
difokuskan pada pendekatan pedagogis berbasis nilai-nilai kekatolikan, dengan
menekankan pengembangan moral dan karakter, bisa sangat membantu. Gereja bisa
menjadi ruang refleksi bagi para guru yang merasa terjebak dalam aturan-aturan
pendidikan yang kaku, membantu mereka menemukan cara yang lebih kreatif dan
spiritual untuk mendidik.
Korelasi Antara Teknologi dan
Kehidupan Menggereja
Tidak
bisa dipungkiri bahwa teknologi juga memiliki peran positif dalam kehidupan
menggereja. Gereja menggunakan teknologi untuk menyebarkan Firman Tuhan melalui
media sosial, aplikasi doa, atau siaran langsung Misa Kudus. Namun, teknologi
tidak boleh menjadi pengganti relasi personal yang merupakan inti dari
kehidupan iman. Gereja harus memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat
bantu, bukan sebagai pengganti pengalaman iman yang mendalam dan otentik.
Penggunaan
teknologi dalam konteks menggereja harus diarahkan untuk memperkuat komitmen
spiritual umat, bukan malah mengalienasi mereka dari kehidupan komunitas dan
sakramen. Peran pastor, pemimpin umat, dan guru agama di sini sangat penting
untuk terus mengingatkan umat bahwa iman Katolik mengajarkan tentang pentingnya
kehadiran nyata, doa bersama, dan keterlibatan aktif dalam komunitas.
Inspirasi dari Ajaran Katolik
Dalam
menghadapi situasi ini, kita dapat menarik inspirasi dari ajaran iman Katolik
yang berfokus pada nilai-nilai kasih, pelayanan, dan pengorbanan. Kasih yang
sejati menuntut keterlibatan aktif dalam kehidupan sesama, dan tidak bisa hanya
disalurkan melalui teknologi. Pelayanan kepada sesama, terutama kepada generasi
muda, harus dilakukan dengan kesadaran penuh akan martabat setiap individu
sebagai citra Allah. Gereja juga menekankan pentingnya pengorbanan, di mana
kita diajak untuk meninggalkan kenyamanan pribadi — termasuk kenyamanan yang
ditawarkan oleh teknologi — demi kebaikan bersama.
Baca Indonesianisasi Gereja Katolik bagai Sawit
Kesimpulannya,
pendidikan Generasi Gen Z memerlukan sinergi antara guru, keluarga, dan Gereja.
Gereja harus lebih proaktif dalam memberikan inspirasi dan solusi nyata dalam
menghadapi tantangan teknologi, seraya tetap setia pada ajaran Kristiani yang
menekankan kasih, martabat manusia, dan kedalaman spiritual. Dengan demikian,
generasi masa depan dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara
teknologi, tetapi juga berbudi pekerti luhur.
Keren Pak, penguatan iman memang sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan teknologi sekarang ini😇
This comment has been removed by the author.
This comment has been removed by the author.
This comment has been removed by the author.
1)Sering kali kalangan gen-z jarang sembahyang karna teknologi yang berdampak buruk seperti slot, chat mesum, dan kegiatan negatif lainnya
Nama:Orpa Jessika Rahel
Kelas: X (Vincentius a Paulo)
1.Ketergantungan pada suatu digital sangatlah penting untuk mencari tentang suatu yang positif dan mendapatkan berita tentang suatu keagamaan
2.sangat efektif untuk membuat generasi gen z biar mengurangi ketergantungan dengan digital dan meningkat kan peran guru keluarga dan sekitarnya agar lebih bisa membuat gen z mengurangi penggunaan digital,dan mengajarkan untuk berfokus pada nilai nilai sosial,dan membuktikan bahwa tidak semuanya hanya bisa di salurkan dari teknologi
Mazzarello Priyo Marsanso
1.Dampak ketergantungan pada teknologi terhadap perkembangan moral gen Z berdasarkan teks tersebut adalah gen Z zaman sekarang lebih banyak terfokus pada layar dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
2. Langkah-langkah tersebut efektif karena kegiatan gereja seperti spiritual dapat membuat generasi Z menjadi minim terfokus di depan layar dan menggunakan gadget karena di sibukkan dengan kegiatan lain.
Nama : Novyanti adys
Kelas : X vincentius a paulo
Jawaban
No 1 : teknologi menyediakan akses cepat ke informasi, peluang pembelajaran, dan inovasi. Namun, di sisi lain, ketergantungan pada gadget atau gawai telah mengikis nilai-nilai moral dan etika. Anak-anak dan remaja sering kali lebih terfokus pada layar daripada berinteraksi secara nyata dengan dunia di sekitarnya. Mereka semakin jauh dari dialog langsung yang mengajarkan empati, tanggung jawab sosial, dan integritas pribadi.
No 2 : sangat efektif, menurut saya dengan adanya langkah-langkah tersebut dapat membantu kita untuk mengurangi ketergantungan kita pada teknologi atau gadget, tanpa adanya distraksi teknologi bisa menjadi langkah nyata untuk membangun kesadaran kolektif
1).sering kali kita melihat anak muda kalangan gen z
lebih mementingkan teknologi,dari pada
lingkungan sekitar atau pun lingkungan
masyarakat.
2).pendapat saya tentang langkah-langkah tersebut
sangat efektif kerena menumbuhkan kesadaran
kelktif tentang bahaya teknologi.
1.) sering kali lebih terfokus pada layar daripada berinteraksi secara nyata dengan dunia di sekitarnya karena dunia teknologi memengaruhi perkembangan otak manusia
2.) untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat tetapi ada juga membuat kesalahan saat menggunakan media sosial ini seperti judi online,gem,dan lain-lainnya di karenakan itu kita harus membatasi menggunakan media sosial dan teknologi
1.anak-anak jaman sekarang dan remaja lebih berfokus pada layar daripada daripada berinteraksi secara nyata didunia sekitarnya disatu sisi, teknologi memberikan akses informasi secara cepat, peluang pembelajaran, dan inovasi, namun, di sisi lain teknologi juga mengikis moral anak anak.ini cukup menjadi masalah bagi orang tua dan guru yang mengajar disekolah dan juga zaman sekarang remaja juga kurang dalam pergi ke gereja yang membuat anak zaman sekarang lebih kurang moralitas dan spiritualitas
2.untuk langkah-langkah yang diberikan cukup efektif karena anak-anak diharuskan untuk belajar bagaimana cara mengembangkan moral dan mampu belajar berinteraksi kepada sesama dan bisa belajar untuk mendekati agamanya agar bisa belajar banyak terhadap spiritualitas, dan moral pengajaran dari gereja
This comment has been removed by the author.
1.dalam teks kita mengetahui bahwa dampak ketergantungan gen z dengan teknologi semakin memburuk,hal tersebut menyebabkan cara berkomunikasi anak muda yang semakin memburuk, karena dengan sifat ketergantungan tersebut para anak muda akan lebih sulit bersosialisasi secara langsung dan melupakan nilai moral yang ada. Para anak muda hanya menggunakan media sosial sebagai media pemberi kesenangan dan kurang dalam pendalaman nilai karakter dan moral.
2.Menurut saya langkah langkah yang di lakukan gereja dalam mengatasi hal tersebut sudah sangat tepat,tetapi dalam hal efektif atau tidak itu tergantung pribadi masing masing,bagi orang yang dalam kehidupan sehari-hari aktivitas nya jarang di sertai dengan media sosial, tindakan yang dilakukan oleh gereja akan sangat efektif,tetapi bagi orang yang dalam kehidupan sehari hari bergantung pada teknologi,hal tersebut akan cukup sulit, biasanya orang orang yang ketergantungan ini lebih nyaman berkomunikasi dengan seseorang secara online/tidak langsu…
Richard Cavin (A2)
jawaban nomor 1:
1.remaja jaman sekarang lebih menyukai hal hal yang berbau media online, di satu sisi, teknologi menyediakan akses cepat ke informasi, peluang pembelajaran, dan inovasi. namun, di sisi lain, ketergantungan pada gadget atau gawai telah mengikis nilai-nilai moral dan etika. akan tetapi anak-anak dan remaja sering kali lebih terfokus pada layar daripada berinteraksi secara nyata dengan dunia di sekitarnya. mereka semakin jauh dari dialog langsung yang mengajarkan empati, tanggung jawab sosial, dan integritas pribadi.
jawaban nomor 2
2.langkah langkah tersebut telah efektif, sebab langkah langkah tersebut dapat mengajak remaja untuk berinteraksi dengan baik dan memiliki moral yang bagus, serta perkembangan teknologi membantu anak anak remaja sekarang untuk mengembangkan sikap positif yang dapat berguna bagi lingkungan masyarakat.
Meyshe Angeline
1.dampak ketergantungan pada gen dalam teks tersebut adalah sekarang gen z lebih berfokus kepada layar dibandingkan fokus kepada kehidupan nyata.
2.langkah-langkah tersebut sangat efektif karena dengan melakukan kegiatan lain seperti kegiatan gereja membuat kita tidak terlalu berfokus pada layar hp.
1. Ketergantungan gen z dalam teknologi dapat mempengaruhi karena anak² zaman sekarang lebih fokus terhadap layar handphone
2.langkah langkah tersebut sangat efektif dengan ada nya kegiatan kita bisa lepas dari sosial media dan kita hanya fokus terhadap kegiatan yang kita lakukan
1) sering kali kalangan gen-z jarang sembahyang karna teknologi yang berdampak buruk seperti slot, chat mesum dan kegiatan negatif lainnya
2) langkah efektif mempengaruhi generasi gen-z kesadaran tersendiri
1. Dampak ketergantungan pada teknologi terhadap perkembangan moral generasi Z sangat signifikan, terutama anak anak dan remaja generasi Z yang sering memegang ponsel mereka, dampak teknologi terhadap gen Z akan membuat moral anak anak dan remaja Gen Z menjadi kurang sopan dan tidak ramah, selalu bertingkah aneh dan mereka semakin jauh dari ajaran empati, tanggung jawab sosial, dan integritas pribadi.
2. Ya ajaran iman katolik sebagai solusi adalah efektif, teknologi sering kali mendominasi kehidupan remaja gen Z sehingga sering lupa dengan dunia nyata, dan banyak orang lupa beribadah kepada Tuhan, dengan ajaran iman katolik maka anak anak dan remaja generasi Z tidak akan mudah terhipnotis untuk tidak sopan, ajaran moral dari ajaran iman katolik tersampaikan dan ingat ajaran Tuhan. Kitab suci dan tradisi Gereja juga mengajarkan pentingnya keseimbangan kemajuan teknologi dan pengembangan spiritualitas.
1).Teknologi telah membawa dampak besar pada kehidupan sehari-hari, khususnya bagi generasi muda yang dikenal sebagai Generasi Gen Z. Di satu sisi, teknologi menyediakan akses cepat ke informasi, peluang pembelajaran, dan inovasi. Namun, di sisi lain, ketergantungan pada gadget atau gawai telah mengikis nilai-nilai moral dan etika. Anak-anak dan remaja sering kali lebih terfokus pada layar daripada berinteraksi secara nyata dengan dunia di sekitarnya. Mereka semakin jauh dari dialog langsung yang mengajarkan empati, tanggung jawab sosial, dan integritas pribadi.
2).sangat membantu
NAMA: Gabriel resakti busau
KELAS:XDS/A4
1.Tokoh dari cerpen tersebut adalah guru dan siswa
2.Karakter/watak dari tokoh dicerpen tersebut adalah
Guru:antagonis,karena guru mempunyai karakter yang baik dan membimbing para muridnya
Siswa: protagonis,karena para murid/siswa disini mempunyai rata-rata karakter yang mempunyai moral yang buruk sebagai generasi Z
3.pesan moralnya adalah kita sebagai generasi Z harus bisa mengendalikan teknologi bukan dikendalikan oleh teknologi
Yongsen gerk (A4)
1.generasi gen z
2.-tergantung pada teknologi
-kurang interaksi sosial
-kurang empati
3. Generasi muda perlu belajar untuk menyeimbangkan waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teknologi dengan waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar mereka.
NAMA: KRISTAVO
KLS: X DS
1.tokoh dari cerpen ini adalah guru dan siswa
2.Guru, yang berperan sebagai pembimbing moral.siswa, adalah tokoh yang berperan sebagai gen Z yang dipengaruhi teknologi
3.pesan moral nya tentang teknologi,siswa dapat menggunakan teknologi dengan baik dan benar
1.Toko dari cerpen di atas adalah guru dan murid nya
2.gen z yang di pengaruhi teknologi dan lebih bergantung pada teknologi,
Semakin berkurang nya interaksi sosial pada gen z sekarang
3.pesan moral nya, agar siswa lebih memperbanyak melakukan interaksi dan kurangi lah penggunaan teknologi yang berlebihan
Tokoh dari cerpen di atas adalah ?guru dan murid
Guru menjadi pembimbing siwa dan murid adalah yg terpengaruh gen z
Pesan moral nya adalah,gunakan teknologi baik dan benar
NAMA : Fitri yanti
KELAS : X DS
1. TOKOH : Guru dan siswa.
2. Mereka terlalu fokus dengan Gen Z daripada berinteraksi secara nyata dengan dunia maupun dgn keluarga,guru,dan teman-teman disekitarnya.
3. Pesan moral : kurangi menggunakan gen Z dan berinteraksi secara nyata dengan dunia disekitarmu.
1. Tokoh: generasi gen z
2. Karakter/watak: generasi gen z terlalu mudah terpengaruh dengan lingkungan nya, memiliki ketergantungan pada teknologi, dan antisosial.
3. Pesan moral: kurangi penggunaan teknologi, dan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain