Pastor Superhero: Terlempar dari Boncengan Masuk Lumpur

Medan Turne di Wilayah Paroki Tempunak, Kalimantan Barat

Di sebuah desa terpencil yang indah di kaki gunung, Pastor Anton selalu dikenal sebagai sosok yang penuh dedikasi melayani umat. Setiap harinya, ia menempuh jalan terjal dan berlumpur untuk mengunjungi jemaat di desa-desa sekitarnya. Tapi hari ini, ia akan menghadapi perjalanan yang akan membuatnya menjadi legenda di desa tersebut—dan semua itu berkat Pak Dius, pengendara motor andalannya yang juga tukang kebun gereja.

Pagi itu, Pastor Anton sedang bersiap-siap untuk mengunjungi rumah Ibu Martha di desa sebelah. Hujan deras semalam membuat jalanan desa berubah menjadi sungai lumpur. Pak Dius, dengan motor tuanya yang berderak-derak seperti mau pensiun, datang menjemput Pastor Anton.

“Pastor, saya ingatkan lagi ya, jalan ke desa sebelah ini kayak kolam lumpur. Kita siap-siap saja kalau harus berenang nanti,” ujar Pak Dius sambil terkekeh, memasang helm bututnya.

Pastor Anton tersenyum bijak. “Tidak ada lumpur yang bisa menghalangi niat baik, Pak Dius. Ayo kita berangkat.”

Mereka berdua menaiki motor, Pak Dius di depan dan Pastor Anton di boncengan. Motor mulai melaju, berjuang melewati jalanan yang seperti adonan kue lumpur. Jalan semakin berat, motor bergoyang, tapi mereka terus melaju. Hingga tiba-tiba...

Byuuur!

Motor terguncang keras saat melewati genangan lumpur besar. Pastor Anton, yang mencoba membaca buku doa di boncengan, tiba-tiba terlempar dari motor dengan gaya dramatis—persis seperti superhero yang melompat ke udara. Bedanya, alih-alih terbang, Pastor Anton meluncur tepat ke kubangan lumpur besar, jatuh dengan bunyi “ploop!” yang memuaskan.

Pak Dius, yang panik, memaksa motor tuanya berhenti setelah terseret beberapa meter. “Pastor! Pastor, Anda di mana? Anda baik-baik saja?”

Dari dalam kubangan lumpur, terdengar suara Pastor Anton yang penuh keikhlasan, “Baik, Pak Dius, hanya... agak lebih becek dari biasanya.”

Pastor Anton mencoba bangkit dari lumpur yang lengket. Bajunya yang putih kini berubah menjadi cokelat lumpur, jubahnya menempel kaku, dan kacamata bundarnya entah di mana. Melihat itu, Pak Dius buru-buru turun dari motor untuk membantu, namun—pleset!—Pak Dius ikut jatuh tepat di sebelah Pastor Anton.

Keduanya tertawa terbahak-bahak meskipun tubuh penuh lumpur. “Pastor, saya rasa kita lebih cocok jadi pemain bola lumpur daripada pengendara motor!” kata Pak Dius sambil mencoba berdiri.

Pastor Anton tertawa, “Atau mungkin kita superhero lumpur yang gagal terbang!”

Dengan semangat pantang menyerah, Pak Dius akhirnya menghidupkan kembali motor tuanya. Kali ini, Pastor Anton naik lebih berhati-hati, memegang pinggang Pak Dius erat-erat agar tidak terlempar lagi. Mereka melanjutkan perjalanan dengan motor yang berderit-derit, akhirnya tiba di rumah Ibu Martha, penuh lumpur dari kepala hingga kaki.

Jemaat yang menunggu mereka tertawa geli melihat penampilan mereka yang seperti habis bergulat dengan rawa. Ibu Martha menyambut mereka dengan selembar kain kecil, “Pastor, saya rasa kain ini tidak cukup untuk membersihkan lumpurnya!”

Pastor Anton, dengan senyuman yang khas, menjawab, “Tak apa, Ibu. Yang penting, niat dan hati kita tetap bersih!”

Dan hari itu, Pastor Anton dan Pak Dius menjadi legenda di desa tersebut. Bukan hanya sebagai pastor dan pengendara motor yang gigih melayani umat, tapi juga sebagai "Superhero Lumpur," yang meski terlempar dari boncengan, tetap bangkit dengan tawa dan semangat melayani yang tak pernah padam.

Siapa sangka, kadang jalan menuju pelayanan juga penuh lumpur—tapi di situlah tawa dan kebersamaan makin berharga.


-- RD Petrus Juli--

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org