Persepuluhan dalam Alkitab: Pengertian & Pemaknaan

 

Persepuluhan dalam Alkitab
 Persepuluhan dalam Alkitab. Ilustrasi: Edukatolik.com

Oleh Dr. Wilson, M.Th.

“Persepuluhan dalam Alkitab” merujuk pada praktik memberi 10 % hasil berkat kepada Tuhan, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

1. Latar Belakang Sejarah

🔹 Fase Perjanjian Lama (Hukum Musa)

  • Perintah wajib: Tertera di Imamat 27:30 dan Maleakhi 3:10.

  • Tujuan pemberian:

    1. Memelihara keluarga Lewi (Bilangan 18:21–24).

    2. Lewi juga memberi persembahan persepuluhan (Bil. 18:26; Neh. 10:37; 12:44).

    3. Tiga tahunan untuk kaum miskin, janda, yatim (Ul. 14:27–29; 26:12–14).

    4. Dana untuk Rumah Tuhan (Mal. 3:10).

    5. Tanda penghormatan dan ketaatan (Amsal 3:9–10).

  • Waktu pemberian: Tahunan bersama persembahan hari raya (Ul. 12:6–7; 14:22–26).

  • Status milik Allah: Persepuluhan bukan milik pribadi (Im. 27:30–34; Mal. 3:8–10).

  • Tempat pemberian: Dibawa ke Bait Allah (2 Tawarikh 31:12; Neh. 10:38; Mal. 3:10).

  • Ketentuan tambahan:

    • Pinjaman ditambahkan 20% (Im. 27:31).

    • Tukaran harus melibatkan kedua nilai (Im. 27:33).

🔹 Fase Perjanjian Baru (Yesus & Rasul Paulus)

  • Ajaran Yesus:

    • Menegaskan tetap memberi persepuluhan walau mengkritik sikap keagamaan kosong (Matius 23:23; Lukas 11:42).

    • Sebagai Yahudi taat Taurat, Yesus dan muridnya pun mempraktikkan persepuluhan.

  • Pendekatan Rasul Paulus:

    1. Mendukung pendeta & pengajar (1 Korintus 9:7–14; Galatia 6:6; 1 Timotius 5:17–18).

    2. Mendorong jemaat memberi karena berkat melimpah (1 Korintus 16:2).

    3. Menautkan rohani Abraham dan Melkisedek dengan persepuluhan (Ibrani 7:1–10).

    4. Menegaskan bahwa persepuluhan jadi bukti ketaatan & syukur (Roma 4:12; Ibrani 7:6–10).

👉 Baca juga Edukasi Digital untuk Peserta Didik PAUD: Tantangan dan Peluang

2. Berkat dari Persepuluhan

  • Kesetiaan Tuhan: Rumah Tuhan tak akan kekurangan (Mal. 3:10).

  • Pemeliharaan pemimpin rohani: Mereka “tidak akan kelaparan” (1 Kor 9:7–14; Tim 5:17–18).

  • Berkat material & rohani: Ditekankan di Amsal, Nehemia, Tawarikh, Maleakhi.

3. Dasar Alkitabiah

  1. Dasar Alkitabiah kuat: Diterapkan dari Abraham hingga Paulus.

  2. Perintah tetap berlaku, tidak diganti oleh Perjanjian Baru.

  3. Identitas iman, bukan beban.

  4. Hak Tuhan, bukan sumbangan.

  5. Hanya untuk Rumah Tuhan, bukan lembaga pribadi.

  6. Pemakaian fundasional: Harus untuk pelayanan, bukan konsumtif.

  7. Pelanggaran dianggap “menipu Tuhan” (Maleakhi 3:8).

  8. Persepuluhan universal: Berlaku sepanjang zaman dan tempat.

👉 Baca juga Jam Tangan Paus Fransiskus yang Ugahari

4. Tantangan Konteks Modern

  • Bentuk pemberian: Uang, bukan hasil tani.

  • Frekuensi: Bulanan, mengikuti pola penghasilan modern.

  • Penghindaran pajak gereja: Bukan pajak, tapi ibadah dan komitmen.

  • Transparansi keuangan gereja: Jemaat berhak tahu penggunaan dana.

5. Hindari Kesalahan Umum

  • Tak mencampur aturan gereja & praktik persepuluhan.

  • Pemimpin gereja juga wajib memberi persepuluhan.

  • Memberikan ke “alamat” tepat: Rumah ibadah jemaat.

  • Menyesuaikan jumlah sesuai penghasilan.

  • Objektivitas dalam menghitung “penghasilan”.

  • Audit internal: Jemaat bertanggung jawab memeriksa penggunaan dana.

  • Jangan menolak karena ketidaksempurnaan manajemen: Memperbaiki lebih baik daripada menahan dana.

👉 Baca juga Pendidikan Katolik : Model, Filosofi, dan Tujuannya

6. Implementasi Gerejawi

  • Struktur presbiterial/sinodal: Jemaat → Majelis Jemaat → Sinode/Klasis/Resort.

  • Persepuluhan dikirim berjenjang: dari jemaat ke majelis di atasnya untuk pelayanan yang luas.

7. Refleksi Teologis & Praktis

  • Kata Ibrani “ma’aser” dan Yunani “dekatos” bermakna “seperlima dari sepuluh”.

  • Tiga jenis persepuluhan dalam PL:

    1. Persepuluhan kaum Lewi (10 % gaji mereka).

    2. Persepuluhan pesta (untuk perayaan agama).

    3. Persepuluhan sosial (setiap 3 tahun—untuk janda, yatim, asing).

  • Totalnya bisa mencapai 23% penghasilan pertanian.

  • Relevansi kekristenan: Praktik ini diadaptasi secara kontekstual berdasarkan prinsip keadilan, belas kasihan, kesetiaan (Mat. 23:23).

***
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org