Yesus yang Ori: Kehidupan dan Visi seorang Revolusioner

 

Buku yang menarasikan secara eksplanatif ringan Kehidupan dan Visi seorang Revolusioner
Buku yang menarasikan secara eksplanatif ringan Kehidupan dan Visi Yesus, tokoh sejarah yang revolusioner. Gambaran wajah Allah yang tampak dalam dunia, atau dalam bahasa malaikat: realis praesentia Dei Ist.

The Original Jesus: The Life and Vision of a Revolutionary adalah buku karya N.T. Wright, yang juga dikenal sebagai Tom Wright, adalah sebuah karya yang menarik perhatian banyak pembaca sejak diterbitkan pertama kali pada 1 Januari 1996 oleh William B. Eerdmans Publishing Company.

Buku ini setebal 160 halaman dalam format hardcover, dan dirancang untuk membuat pembaca awam bisa memahami sosok Yesus secara historis tanpa terlalu terjebak dalam istilah-istilah akademis yang rumit. Terbit tahun 1996. Buku menggunakan book paper coated  dengan jaket ini, edisi luks. 

Meneliti dan membukukan Yesus-historis

Wright, seorang sarjana Alkitab terkemuka, berhasil menyajikan materi ini dengan gaya yang hidup, disertai foto-foto berwarna yang membantu mengilustrasikan konteks zaman Yesus.  Tidak ttebal dan membosankan, buku ini bagai jendela segar ke masa lalu.

Wright sendiri adalah sosok yang mengesankan dalam dunia teologi. Ia pernah menjabat sebagai Uskup Durham di Gereja Inggris dari tahun 2003 hingga 2010, posisi yang membuatnya berpengaruh dalam gereja dan masyarakat.

Saat ini, ia menjadi ketua Studi Perjanjian Baru dan Kekristenan Awal di School of Divinity, University of St. Andrews.  Pengalaman mengajarnya luas: ia pernah mengajar di universitas bergengsi seperti Cambridge, McGill, dan Oxford.

Wright bukan hanya akademisi; ia sering muncul di media, seperti di ABC News, Dateline NBC, The Colbert Report, dan Fresh Air.  Hal ini menunjukkan kemampuannya menyampaikan ide-ide kompleks kepada audiens umum.

Sebagai penulis pemenang penghargaan, ia telah menghasilkan karya-karya seperti "Surprised by Hope", "Simply Christian", "The Last Word", "The Challenge of Jesus", "The Meaning of Jesus" (yang ditulis bersama Marcus Borg), serta seri monumental "Christian Origins and the Question of God". Buku-buku ini sering mengeksplorasi akar Kekristenan dengan pendekatan historis yang ketat, tapi tetap relevan untuk kehidupan sehari-hari.

Wright dikenal karena kemampuannya menggabungkan scholarship dengan iman, membuatnya menjadi suara penting di tengah perdebatan tentang Yesus historis.

Sebagian konten buku ini berasal dari serial program televisi tentang Yesus, yang kemudian diperluas menjadi teks yang lebih dalam. Pendekatannya unik. Penulis tidak hanya menceritakan, tapi juga mengajak pembaca bertanya, "Siapa Yesus yang asli itu?"

Di tengah banjir buku tentang Yesus, Wright menonjol karena ia menekankan konteks Yahudi dan politik abad pertama, sesuatu yang sering diabaikan. Penulis bukan pendeta biasa. Ia seorang pemikir yang menantang asumsi kita.

Dalam konteks tahun 2025 ini, buku Wright tetap relevan karena perdebatan tentang Yesus tidak pernah berhenti, terutama di era media sosial di mana informasi palsu mudah menyebar.

Wright mengingatkan kita untuk kembali ke sumber primer, seperti Injil, dengan mata kritis tapi penuh penghargaan. Buku ini bukan sekadar bacaan; namun juga sebuah undangan untuk perjalanan intelektual dan spiritual. 

Banyak pembaca, seperti yang terlihat di ulasan Goodreads, menyebutnya sebagai "primer yang luar biasa" untuk pemula. Ya, itulah Wright: seorang yang membuat teologi accessible.

Kandungan Isi Buku

Buku ini dibagi menjadi dua bagian utama, yang membuatnya mudah diikuti.

Bagian pertama adalah versi yang lebih lengkap dari materi televisi, fokus pada tahap-tahap kunci dalam kehidupan Yesus dan elemen-elemen pokok ajarannya.

Wright mulai dengan menempatkan Yesus dalam konteks historis Yahudi abad pertama, di mana politik Romawi dan aspirasi mesianik Yahudi sedang bergolak. Nazaret adalah kota kecil di Galilea yang menjadi tempat tinggal Maria dan Yusuf, orang tua Yesus. Di sana pula Yesus menghabiskan masa kecilnya, bertumbuh dalam kesederhanaan sebelum tampil di muka umum.

Nazaret adalah kota kecil di Galilea yang menjadi tempat tinggal Maria dan Yusuf, orang tua Yesus.
Nazareth adalah kota kecil di Galilea yang menjadi tempat tinggal Maria dan Yusuf, orang tua Yesus.Kredit gambar: Wright.

Penulis menggambarkan Yesus bukan sebagai guru spiritual abstrak, tapi sebagai sosok revolusioner yang menantang status quo. Ia menginginkan Kerajaan Allah, Kerajaan Damai, nyata di dunia, tanpa ada penindasan dan ketidakadilan. Kabar Baik diberitakan oleh-Nya kepada segala bangsa, mulai dari Galilea (Markus 1:14-15). 

Misalnya, Wright menjelaskan bagaimana pemanggilan dua belas murid mirip dengan gerakan revolusi, tapi dengan visi yang berbeda: menjadi "terang dunia yang sesungguhnya". Boleh dikatakan, Revolusi Kristen adalah revolusi Damai. Revolusi kasih yang menjadi tagline sebagaimana dicontohkan Yesus, gambar Allah yang nyata di dunia. 

Penyaliban Yesus digambarkan sebagai fakta historis yang paling pasti, dan Wright mengeksplorasi mengapa itu terjadi, bukan karena kebetulan, tapi karena ancaman yang ditimbulkannya terhadap kekuasaan.

Lalu, ada pembahasan tentang narasi Injil.

Wright membandingkan cerita Paskah di empat Injil secara berdampingan, menunjukkan perbedaan yang ada, seperti dalam Markus yang pendek dan misterius, atau Yohanes yang lebih filosofis. 

Penulis berargumen bahwa perbedaan ini justru menandakan laporan saksi mata asli, bukan cerita fiksi yang direkayasa. Pendekatan yang sungguh kontras dengan pendekatan sinis modern.

Bagian kedua buku lebih mendalam, ditambahkan untuk pembaca yang ingin menyelami isu-isu lebih lanjut. Di sini, Wright membahas keandalan Injil: siapa penulisnya, kapan ditulis, dan tujuannya. Ia mengkritik Jesus Seminar, kelompok sarjana yang skeptis, karena terlalu mudah membuang bagian-bagian yang tidak sesuai dengan asumsi mereka.

Wright menekankan pendekatan historis yang lebih kuat, dengan klaim bahwa kita harus membaca Injil secara "informed and discriminating" untuk abad ke-21.

Tema utama meliputi visi kerajaan Allah yang transformatif, di mana Yesus bukan sekadar nabi, tapi Ia menampakkan wajah Tuhan dalam rupa manusia. 

Gambar dan artefak sebagai bukti Yesus-historis

Menarik pula bahwa buku ini penuh ilustrasi yang dicetak berwarna yakni foto artefak kuno, lukisan religius klasik, yang membuat bacaan lebih hidup. Wright juga menyentuh bagaimana gerakan Yesus berkembang menjadi Kekristenan awal, dari Yerusalem ke dunia Romawi.

Sang penulis tidak menghindari kontroversi, seperti tanggalan Injil, Matius mungkin dari tahun 80-an, tapi Wright mempertanyakan keyakinan berlebih sarjana karena kurangnya data tentang Kekristenan awal.

Artefak jadi bukti penting dalam sejarah. Mereka tunjukkan tempat nyata peristiwa lampau. Bagi Yesus, artefak bantu konfirmasi era dan lokasi hidup-Nya. Misalnya, batu prasasti Pontius Pilatus ditemukan di Caesarea. Itu bukti pejabat Romawi ada beneran. Kolam Siloam di Yerusalem juga digali, cocok cerita Injil. Artefak ini bikin sejarah Yesus lebih solid.

Yesus hidup 2.000 tahun lalu, dan artefak dukung konteks itu. Synagogue kuno di Capernaum tunjukkan tempat Ia ajar. Galilee Boat dari abad pertama gambarkan kehidupan nelayan murid-Nya. Walaupun nggak ada artefak langsung nama Yesus, ini semua sambungkan cerita Alkitab ke dunia nyata. Jadi, sejarah Yesus bukan cuma dongeng.

Isi buku ini seperti rekonstruksi hidup: apa yang Yesus maksudkan, bagaimana Ia dilihat pengikutnya, dan implikasi bagi kita. Bukan teori kering. Malah, ia mengalir seperti cerita. Pembaca seperti L.C. Fiore memuji perbandingan Injil Paskah yang "enlightening". Buku ini singkat, tapi padat. 

Kebaruan Buku Ini

Apa yang membuat buku ini baru? Pertama, pendekatan Wright yang historis-kontekstual.

Di era 1990-an, banyak buku tentang Yesus skeptis, seperti dari Jesus Seminar yang meragukan banyak mukjizat.

Wright menantang itu dengan rekonstruksi yang lebih kredibel, menekankan Yesus sebagai Yahudi asli yang relevan dengan politik zamannya. Ini bukan Yesus modern yang "dibuat ulang" untuk abad kita; ia Yesus abad pertama yang turbulen.

Kebaruan lain: gaya penyajian

Buku ini non-teknis, dengan foto berwarna dan narasi hidup, seperti ekspansi dari TV. Bukan akademis kering seperti seri "Christian Origins" Wright sendiri. Pustaka iniaksesibel, dapat diakses, dimengerti. Sangat ideal untuk orang awam

Wright juga inovatif dalam menghubungkan Yesus dengan isu kontemporer, seperti konflik sosial hari ini. Ia menunjukkan bagaimana visi Yesus bisa menavigasi "turbulensi" modern, mirip aspirasi Yahudi dulu.

Dibanding karya lain Wright, buku ini lebih ringkas, 160 halaman saja, dan visual, membuatnya unik sebagai pengantar.  Ia menolak simplisme: bukan realisme naif atau sinisme, tapi keseimbangan.

Ulasan dari Drew Van Gorder bilang, "This book took complicated concepts and made them simple". Ya, itulah kebaruannya: menyederhanakan tanpa kehilangan kedalaman.

Tapi ada kritik: layout buku dengan blok teks terpisah kadang membingungkan, seperti kata Jildou.

Bab tentang membaca Injil juga terasa bergeser dari nada dasar iman ke debat keandalan.

Meski begitu, ini menambah keaslian. Justru mengesankan bahwa buku ini bukan propaganda, tapi diskusi jujur.

Di tahun 2025, dengan AI dan info overload, kebaruan Wright adalah kembali ke historisitas, mengingatkan bahwa Yesus bukan mitos. Buku ini segar karena menjembatani akademi dan publik, sesuatu yang jarang. 

Mengapa Buku Ini Penting bagi Setiap Orang Kristen

Buku ini penting karena membawa Yesus "kembali hidup" dalam konteks aslinya, yang sering hilang di khotbah Minggu.

Bagi orang Kristen, memahami Yesus sebagai Yahudi revolusioner memperkaya iman, bukan sekadar cerita lama, tapi gerakan yang mengubah dunia.

Wright menunjukkan bagaimana penyaliban bukan akhir, tapi awal visi kerajaan Allah, menginspirasi kita hari ini.  Hal Ini amat sangat menasar di era sekuler, di mana iman dipertanyakan.  Buku ini membangun fondasi kuat melalui bukti historis, membantu melawan skeptisisme.

Pembaca seperti Mary katakan demikian, "Great read... refreshing look at otherwise old, familiar terrain". Ya, ia menyegarkan.

Bagi awam Kristen, ini pustaka yang sempurna; bagi yang matang, tantangan baru.

Wright mendorong refleksi: bagaimana visi Yesus diterapkan sekarang?  Ini bukan bacaan pasif.  Sebuah buku yang mengubah perspektif, membuat Kristen lebih autentik.

Di tengah krisis gereja, buku ini ingatkan akar kita.  Penting karena mengajak worship Yesus asli, bukan yang kita ciptakan.

Ellen Ekstrom memberi komentar demikian ini, "wonderful primer... informative, entertaining and intellectual".

Setiap orang Kristen memerlukan ini untuk iman lebih dalam. Buku ini abadi, relevan selamanya.

 Pengulas buku Br. Cosmas Damianus Baptista

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org