Injil adalah Petunjuk dan Cahaya
Injil adalah petunjuk dan cahaya; memberi arah dan terang langkah setiap insan menuju surga. Ist. |
Hidup ini tak ubahnya sebuah perjalanan panjang. Ada persimpangan, ada jalan buntu, ada pula jalan menurun yang tampak mudah tapi menjerumuskan. Di tengah segala kerumitan itu, manusia tidak bisa berjalan sendirian. Ia butuh arah. Ia perlu petunjuk.
Firman hadir justru di ruang itu. Kitab suci bukan sekadar kata-kata
yang dibacakan di mimbar atau kalimat yang dihafalkan. Firman adalah penunjuk
hidup. Alkitab bekerja seperti kompas dalam rimba raya. Memberi arah. Menolong agar
kaki tidak salah langkah.
Mazmur 119:105 “Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan
terang bagi jalanku.” Ayat ini sering kita dengar. Namun ketika benar-benar
dihayati, Mazmur ini lebih dari sekadar kutipan. Ayat suci ini berisi kesaksian. Sebab siapa pun
yang pernah berjalan dalam kegelapan tahu betul betapa berharganya setitik
cahaya.
Petunjuk dari Allah tidak mengawang-awang. Petunjuk itu jelas. Tegas.
Di dalamnya ada kasih, ada keadilan, ada kebenaran yang melampaui zaman. Tidak
pernah basi. Tidak pernah usang. Prinsip yang sama mengasihi sesama, berlaku
jujur, hidup kudus; tetap relevan, sekalipun dunia berubah cepat.
Hal yang menarik adalah bahwa firman itu tidak berhenti pada teori. Firman Tuhan menubuh dalam hidup sehari-hari. Saat kita memilih berkata benar meski berat.
Saat kita menahan amarah untuk memberi maaf. Saat kita menolong tanpa pamrih.
Semua itu adalah wujud nyata dari petunjuk Allah.
Dengan demikian, firman tidak hanya mengajar. Ia membentuk.
Ia mengubah. Ia menyelamatkan.
Kristus sebagai Cahaya yang Sejati
Jika firman adalah petunjuk, Kristus adalah cahaya. Tanpa
cahaya, petunjuk tak berguna. Bayangkan peta di tangan seorang pengembara,
tetapi malam begitu gelap hingga ia tak bisa membaca apa pun. Peta itu tak
membantu. Ia perlu cahaya.
Kristus menyebut diri-Nya terang dunia. Terang yang tidak
bisa dipadamkan oleh kegelapan. Terang yang hadir bukan sekadar untuk
menyingkapkan, melainkan juga untuk memberi kehidupan. Ia bukan hanya lampu
kecil, melainkan matahari rohani yang menyinari seluruh jagat batin manusia.
Cahaya Kristus punya kuasa menyingkapkan realitas. Ia
menunjukkan apa adanya, termasuk sisi gelap yang selama ini kita sembunyikan.
Memang, ada orang yang takut pada terang. Mereka lari. Mereka memilih gelap
karena tidak mau terbuka. Namun terang Kristus berbeda: ia tidak datang untuk
mempermalukan, melainkan untuk menyembuhkan.
Dalam terang itu ada kelegaan. Ada pengampunan. Ada hidup
baru.
Dan lebih jauh, cahaya itu memberi keberanian. Kita seperti
anak kecil yang gelisah dalam gelap. Begitu lampu dinyalakan, rasa takut
lenyap. Demikian pula ketika Kristus hadir, kecemasan mereda. Kita tahu kita
tidak sendirian. Ada tangan yang menuntun, ada kasih yang menopang.
Cahaya ini juga menyingkap tujuan sejati hidup. Dunia
mungkin membutakan dengan gemerlap harta, kuasa, atau nama besar. Tapi terang
Kristus mengarahkan mata pada yang kekal. Ia mengingatkan kita bahwa segala
yang fana hanya sementara, sedangkan yang abadi jauh lebih berharga.
Kristus adalah cahaya itu. Sumber hidup. Sumber damai.
Sumber kekuatan.
Hidup dalam Petunjuk dan Cahaya
Setelah tahu firman adalah petunjuk, dan Kristus adalah
cahaya, tibalah pertanyaan sederhana tapi mendalam: bagaimana menghidupinya?
Jawabannya ada pada keseharian. Tidak spektakuler, tapi
nyata.
Hidup dalam petunjuk berarti membiarkan firman berbicara
dalam keputusan-keputusan kita. Dari yang besar hingga yang sepele. Dari
memilih pekerjaan, mengatur waktu, hingga cara kita berbicara pada keluarga.
Tidak ada wilayah hidup yang netral; semua perlu disentuh firman.
Hidup dalam cahaya berarti berani terbuka. Tidak
sembunyi-sembunyi. Tidak berpura-pura. Hidup dalam terang bukan berarti kita
sempurna, melainkan kita jujur di hadapan Allah. Kita berani mengakui salah.
Kita mau dipulihkan.
Namun, hidup demikian tidak selalu mudah. Dunia sering
menawarkan jalan pintas. Lebih cepat, lebih menguntungkan, tapi salah.
Sementara firman menuntun ke jalan sempit, yang mungkin terasa lebih berat.
Tetapi justru di situlah nilai hidup dalam petunjuk dan cahaya: keberanian
untuk berbeda.
Dan ada satu hal lagi: hidup dalam petunjuk dan cahaya tidak
bisa hanya berhenti pada diri sendiri. Terang itu selalu memancar. Ia memberi
pengaruh. Orang lain melihat dan merasakan. Seseorang yang hidup dalam kasih
Kristus akan berbeda sikapnya: lebih sabar, lebih mengampuni, lebih setia. Dan
itu akan menggerakkan orang di sekitarnya.
Ya, tidak mudah. Tapi Roh Kudus menolong. Ia meneguhkan,
memberi kekuatan, mengingatkan kita ketika goyah. Hingga kita bisa terus
melangkah, meski jalan berliku.
Cahaya yang Menerangi Dunia
Petunjuk dan cahaya bukan hanya untuk diri kita pribadi.
Allah memanggil umat-Nya untuk menjadi terang bagi dunia.
Menjadi terang tidak selalu berarti melakukan hal besar.
Justru sering terlihat dalam hal-hal sederhana. Senyum yang tulus. Kata-kata
penghiburan di tengah duka. Uluran tangan kepada yang lemah. Semua itu bagian
dari cahaya Kristus yang kita pancarkan.
Tetapi terang juga punya sisi profetis. Ia menolak
kegelapan. Ia tidak diam terhadap ketidakadilan. Dunia penuh dengan kepalsuan,
penindasan, dan keegoisan. Terang memanggil kita untuk bersuara, untuk berani
menegakkan kebenaran meskipun tidak populer.
Terang itu juga bisa dibawa ke banyak ruang: ke tempat
kerja, sekolah, seni, budaya, bahkan politik. Di sana pun kita dipanggil
menjadi saksi. Integritas, kasih, kejujuran; semua itu adalah sinar yang bisa
mengusir gelap.
Namun kita perlu ingat: cahaya yang kita bawa hanyalah
pantulan. Sama seperti bulan yang bercahaya karena memantulkan matahari, kita
pun bersinar karena Kristus hidup di dalam kita. Semakin dekat kita pada-Nya,
semakin terang pula hidup kita bagi orang lain.
Dan misi ini tidak pernah selesai. Misi keselamatan berjalan terus. Ia
bersifat pribadi sekaligus komunal. Setiap orang dipanggil, sesuai talenta
masing-masing, untuk menerangi lingkungannya. Dengan cara itu, dunia yang gelap
perlahan berubah.
“Petunjuk dan Cahaya” bukanlah ide abstrak. Ia adalah nafas
hidup orang percaya. Firman memberi arah, Kristus memberi cahaya. Hidup dalam
keduanya membuat kita kuat, sekaligus menjadikan kita saksi yang memancarkan
kasih Allah bagi dunia.
Dunia memang gelap. Namun cahaya itu tidak pernah padam. Ia tetap bersinar, menuntun, menghangatkan, dan memberi harapan.
Siapa saja yang berjalan dalam petunjuk dan cahaya itu akan menemukan sukacita sejati yakni sukacita yang tak bisa direbut oleh apa pun.