Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik
Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik: Empat tanda Gereja sebagai pedoman dan arah. ist. |
Oleh Raymundus Saputra
Gereja yang satu, kudus, Katolik, dan apostolik
Ungkapan ini sering kita dengar dalam Kredo Nicea yang
diucapkan pada setiap Misa Kudus di Gereja Katolik. Tapi dari mana asalnya?
Pernyataan iman ini bukan sekadar kata-kata indah. Kredo
itu mencerminkan esensi Gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup.
Didirikan oleh Yesus sendiri, Gereja ini punya ciri
khas yang tak tergantikan. Empat tanda ini muncul pertama kali dalam kredo abad
ke-4. Ke-4 tanda itu membantu umat membedakan Gereja sejati dari bidah-bidah
yang muncul baik pada waktu itu maupun kemudian hari, sampai waktu ini.
Dalam narasi ini, kita akan telusuri akar historisnya.
Kita lihat penjelasan resmi dari Vatikan. Juga, pandangan teolog Katolik
kontemporer seperti Scott Hahn. Akhirnya, analisis mendalam tiap tanda. Semua
berdasarkan sumber tepercaya.
Asal-Usul Historis Empat Tanda Gereja
Sejarahnya Empat Tanda Gereja dimulai dari abad
pertama.
Saat itu, umat Kristen masih kecil. Tapi, sudah ada
ide kesatuan dan kekudusan. Yesus berdoa agar murid-Nya jadi satu.
Injil Yohanes 17:21
dalam bahasa Latin Vulgata:
“Ut omnes unum sint, sicut tu, Pater, in me et ego in te; ut et ipsi in nobis unum sint, ut credat mundus quia tu me misisti.”
Kemudian, para rasul menekankan ajaran yang sama.
Dalam Kisah Para Rasul 2:42, umat bertahan dalam pengajaran rasul. Itu bibit
apostolik.
Masuk abad ke-2. Santo Ignatius dari Antiokhia pakai
kata "Katolik" pertama kali. Dalam suratnya ke umat Smyrna sekitar
tahun 110 M. Ia bilang Gereja itu universal. Bukan lokal saja. Ignatius, murid
Santo Yohanes, jadi martir di Roma. Suratnya penting. Menunjukkan Gereja sudah
punya struktur: uskup, imam, diakon. Ini lawan Gnostik yang aneh-aneh.
Masuk ke abad ke-4. Konsili Nicea tahun 325 M.
Diadakan Kaisar Konstantinus. Untuk melawan Arianisme yang meragukan keilahian
Kristus. Kredo Nicea lahir di sini. Awalnya, cuma menyebut "Gereja yang
kudus dan apostolik". Belum lengkap. Kemudian, Konsili Konstantinopel 381
M melakukan revisi. Tambah "satu" dan "Katolik".
Demikianlah seperti sekarang. Kredo ini menjadi
standar iman Kristen.
Santo Siprianus dari Kartago, abad ke-3, menekankan
kesatuan. Ia bilang, di luar Gereja tak ada keselamatan.
Baca Extra Ecclesiam Nulla Salus
Gereja seperti bahtera Nuh. Satu, aman. Santo
Agustinus kemudian melanjutkan. Ia melawan Donatis yang pecah. Ia menegaskan
bahwa Gereja tetap kudus meski ada pendosa. Karena Kristus yang menyucikannya.
Santo Cyril dari Yerusalem, abad ke-4, mengajarkan
katekumen. Ia menjelaskan empat tanda ini. Gereja satu karena iman sama. Gereja
Kudus karena Roh Kudus. Gereja Katolik karena universal. Gereja Apostolik
karena dari rasul. Ceramahnya menjadi dokumen awal.
Abad pertengahan, empat tanda ini menjadi dasar
teologi. Thomas Aquinas membahasnya dalam Summa Theologica. Gereja tetap
satu meski faktanya ada skisma. Seperti 1054, terjadinya pemisahan Gereja Timur-Barat.
Atau kemudian Reformasi pada 1517. Tapi, esensinya tak berubah.
Masuk era modern, Konsili Vatikan II 1962-1965 melakukan
reaffirmasi. Dalam Lumen Gentium. Gereja "subsists in" Gereja
Katolik. Artinya, sepenuhnya ada di situ. Tapi, elemen kebenaran ada di luar. Konsili
Vatikan II mendorong ekumenisme.
Asalnya gereja yang satu, itu dari Alkitab dan
tradisi. Janji Yesus di Matius 16:18. Membangun Gereja di atas Petrus si batu
karang. Gereja yang tak bisa digoyang gerbang maut. Itu fondasi apostolik.
Penjelasan Sumber Resmi Vatikan
Vatikan punya dokumen otoritatif. Katekismus Gereja
Katolik (CCC) 1992. Di bawah Paus Yohanes Paulus II. Paragraf 811-870, dokumen
resmi Gereja Katolik membahas empat tanda. Tak terpisah. Sifat esensial Gereja.
- Gereja
satu karena asal dari Tritunggal. Satu Allah, tiga Pribadi. Kesatuan tampak
dalam satu iman, satu sakramen, suksesi apostolik. Tapi, dosa telah bikin luka.
Terjadi skisma, bidah. Elemen kesatuan ada di luar Gereja Katolik. Upaya
ekumenis penting. Seperti doa bersama, dialog.
- Kudus
karena Kristus menyucikan sebagai Mempelai. Lewat Roh Kudus. Kudus nyata tapi
tak sempurna. Ada santo dan pendosa. Panggil pertobatan terus. Santo
dikanonisasi jadi teladan. Maria "seluruhnya kudus".
- Katolik
artinya universal. Gereja punya kelengkapan keselamatan. Kabar sukacita
keselamatan dikirim ke semua manusia sejak Pentakosta. Gereja partikular
seperti keuskupan sepenuhnya Katolik lewat kesatuan dengan Roma. "Memimpin
dalam kasih". Semua dipanggil. Termasuk non-Kristen. "Di luar Gereja
tak ada keselamatan" ditafsir dengan rahmat bagi yang tak tahu.
- Apostolik
karena Gereja didirikan atas rasul. Suksesi lewat penahbisan uskup. Gereja
memastikan ajaran secara kontinu lewat Paus, penerus Petrus. Kini tahun 2025,
Paus ke-267, yakni Paus Leo XIV.
Kompendium Catechismus Catholicae Ecclesiae
(2005) menegaskan secara singkat: empat tanda Gereja saling berkaitan erat, dan
dari situ mengalir konsekuensi nyata, yaitu misi evangelisasi.
Menurut Lumen
Gentium dari Konsili Vatikan II, Gereja adalah misteri. Ia satu karena
merupakan Tubuh Kristus; kudus karena dijiwai Roh Kudus; katolik karena diutus
untuk semua bangsa; dan apostolik karena berdiri di atas dasar para rasul.
Gereja berasal dari rencana Allah: telah diramalkan sejak awal dunia,
dipersiapkan melalui sejarah Israel, dimanifestasikan oleh Roh Kudus pada
Pentakosta, dan akan disempurnakan pada akhir zaman.
Dokumen Vatikan II menekankan bahwa keempat
tanda ini berasal dari Kristus dan Roh Kudus, bukan buatan manusia. Gereja
Katolik adalah tempat di mana kepenuhan kehadiran Kristus dan Roh Kudus hadir
secara nyata.
Perspektif Scott Hahn tentang Empat Tanda
Scott Hahn, seorang teolog Katolik yang cukup dikenal.
Dulunya ia seorang pendeta Presbyterian, kini profesor di Franciscan
University. Pendekatannya sederhana sekaligus tajam: bertolak dari Kitab Suci,
dipadukan dengan apologetik. Dalam seri kuliahnya The Four Marks of the
Church, Hahn menyebut empat tanda Gereja bukan sekadar slogan, melainkan
janji Kristus yang tak tergoyahkan.
Satu. Kesatuan Gereja
mencerminkan misteri Tritunggal. Hahn menempatkan hal ini dalam kontras nyata
dengan fragmentasi denominasi Protestan. Ia merujuk Efesus 4:4-6: “Satu tubuh,
satu Roh, satu iman.” Kesatuan, bagi Hahn, bukan gagasan abstrak. Ia konkret,
nyata, dan hanya tampak penuh dalam Gereja Katolik yang menjaga suksesi para
rasul.
Kudus. Gereja dipanggil
untuk hidup kudus. Hahn menolak pengertian sempit bahwa kekudusan sekadar soal
pribadi rohani. Ia mengingatkan pada 1 Korintus 1:2, ketika umat Allah disebut
sebagai “orang-orang kudus.” Kekudusan ini bersumber dari Kristus sendiri, bukan
dari kesempurnaan anggota-anggotanya. Meski umat masih berdosa, teladan para
santo tetap menjadi model yang menginspirasi.
Katolik. Kata ini, menurut
Hahn, berarti “sepenuhnya utuh” sekaligus universal. Gereja diutus bagi semua
bangsa, tanpa kecuali. Dari Kisah Para Rasul 1:8, ia melihat misi universal ini
sudah melekat sejak awal: Injil ditujukan bagi Yerusalem, Yudea, Samaria, hingga
ujung bumi. Universalisme ini tampak dalam komunitas umat yang dipimpin Kristus
melalui Paus.
Apostolik.
Bagi Hahn, inilah kunci. Gereja berdiri di atas rantai suksesi tak terputus
dengan para rasul. Ia menunjuk Matius 16:18-19: Petrus diberi kunci kerajaan
surga. Dari Petrus, otoritas itu diwariskan kepada para uskup dan Paus, yang
berbicara atas nama Kristus.
Dalam bukunya Reasons to Believe, Hahn membela
otoritas Gereja melawan kecenderungan interpretasi Alkitab yang individual. Ia
menarik garis lurus dari Bapa Gereja perdana, menegaskan adanya kontinuitas
iman sejak zaman apostolik hingga kini.
Pendekatan Hahn selalu bersifat biblis-historis. Ia
bekerja melalui kuliah, audio, dan buku-buku populer. Pesannya konsisten: empat
tanda Gereja bukan pilihan tambahan, melainkan esensial untuk memahami
identitas Gereja Kristus. “Gereja berdiri kuat oleh kuasa ilahi,” kata Hahn,
“dan kemuliaan itu tampak dalam banyak cara; dalam splendor Gereja
sepanjang zaman.”
Masing-Masing Tanda
Gereja yang Satu
Kesatuan Gereja berakar pada misteri Tritunggal: satu Allah yang mengikat umat dalam tubuh Kristus. Rasul Paulus menulis, “Satu tubuh, satu Roh, satu iman” (Efesus 4:4). Dalam sejarah, kesatuan ini pernah ditantang; skisma 1054 di Timur dan Reformasi 1517 di Barat menjadi luka besar. Namun Konsili Vatikan II menyerukan jalan rekonsiliasi dan doa persatuan.Dalam praksis, kesatuan itu dijaga lewat Magisterium
yang memastikan satu iman tetap hidup. Tantangan zaman modern berbeda:
sekularisme, relativisme, dan individualisme. Tetapi Gereja tetap satu oleh
kuasa Roh Kudus. Scott Hahn menambahkan: kesatuan itu terlihat, bukan
hanya rohani. Doa Yesus dalam Yohanes 17 adalah doa agar kesatuan itu nyata.
Pendek, tapi dalam. Kesatuan bukan utopia, melainkan realitas yang terus
dihidupi.
Gereja yang Kudus
Kekudusan Gereja berakar pada Kristus yang menyucikan umat-Nya, seperti ditulis Paulus dalam Efesus 5:25-27. Meski anggotanya berdosa, Gereja tetap kudus melalui sakramen, doa, dan panggilan yang berakar sejak Israel; “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Kel. 19:6).Hahn menekankan peran para santo: Teresa dari Ávila,
Fransiskus Asisi, dan banyak lainnya. Hidup mereka adalah bukti konkret bahwa
kekudusan itu mungkin. Kanonisasi hanyalah pengakuan resmi atas apa yang sudah
nyata. Namun era kini pun penuh tantangan. Skandal, termasuk pelecehan, melukai
wajah Gereja. Jawabannya adalah pertobatan dan reformasi. Kekudusan tidak
pernah hilang, sebab sumbernya bukan manusia, melainkan Kristus.
Gereja yang Katolik
Katolik berarti universal. Dimulai sejak Pentakosta (Kisah 2) dan diperintah langsung oleh Yesus: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat. 28:19). Istilah “katolik” pertama kali muncul pada Santo Ignatius dari Antiokhia. Tanda ini berarti kelengkapan dan keterbukaan: iman yang utuh, mencakup semua bangsa.Vatikan menegaskan, Gereja Katolik beraneka ragam
ritus; Latin, Bizantin, Maronit; namun tetap satu di bawah Roma. Hahn
melihatnya sebagai komunitas global, dipimpin Paus, kontras dengan
gereja-gereja lokal yang terpecah. Dalam konteks globalisasi, tanda katolik ini
semakin relevan: dialog lintas agama dengan Muslim, Yahudi, dan tradisi lain
menjadi bagian dari panggilan Gereja. Semua manusia dipanggil masuk dalam
rencana Allah.
Gereja yang Apostolik
Apostolik berarti berdasar pada para rasul. Otoritas diwariskan melalui penumpangan tangan, seperti ditulis Paulus: “Karena karunia yang ada padamu oleh penumpangan tangan para penatua” (1 Tim. 4:14). Asalnya ada pada penunjukan Petrus (Mat. 16:18-19), yang dilanjutkan dalam sejarah para Paus.Hahn menyoroti rantai tak terputus selama 2.000 tahun
ini. Inilah sumber otoritas Gereja, berhadapan dengan klaim sola scriptura
dalam tradisi Protestan. Vatikan menegaskan: tanpa suksesi apostolik, tidak ada
Gereja sejati. Relevansinya terasa hingga kini; dari ordinasi imam sampai
ajaran yang diwariskan, semuanya bersumber pada otoritas rasuli yang tetap
hidup.
Empat tanda Gereja: satu, kudus, katolik, dan
apostolik, berakar dalam perpaduan wahyu Kitab Suci, tradisi yang dihidupi
sepanjang abad, serta rumusan konsili ekumenis. Dari Kredo Nicea hingga Catechismus
Catholicae Ecclesiae di era modern, Gereja diteguhkan sebagai karya ilahi
yang melampaui zaman.
Scott Hahn menambahkan dimensi Alkitab yang
memperkaya. Ia menunjukkan bagaimana janji Kristus, doa-doa para rasul, dan
kesaksian para santo meneguhkan tanda-tanda ini. Gereja bukan sekadar lembaga,
melainkan tubuh hidup yang ditopang Roh Kudus. Dari sana, tanda-tanda itu
menjadi sarana apologetik yang meyakinkan sekaligus inspirasi iman.
Tantangan bagi Gereja
Tantangan bagi Gereja senantiasa ada: perpecahan,
kelemahan manusia, hingga sekularisme yang mengikis iman. Namun, tanda-tanda
itu tetap berbicara. Ia mengingatkan Gereja akan misinya: menyatukan yang
tercerai-berai, menyucikan yang rapuh, merangkul semua bangsa, dan tetap setia
pada akar apostolik.
Bagi setiap orang beriman, pemahaman ini bukan hanya
soal doktrin, melainkan undangan. Sebuah panggilan untuk berkomitmen lebih
dalam, menghidupi iman dengan kesetiaan dan kasih, seperti yang dikehendaki
Kristus sendiri.
Daftar Pustaka
- Catechism
of the Catholic Church - IntraText. https://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P29.HTM
- Lumen
Gentium. https://www.vatican.va/archive/hist_councils/ii_vatican_council/documents/vat-ii_const_19641121_lumen-gentium_en.html
- Four
Marks of the Church - Newman Apologetics Resource. http://zuserver2.star.ucl.ac.uk/~vgg/rc/aplgtc/hahn/m3/Mod3.html
- "The
Four Marks of the Church" - Part 3 of 3, Dr. Scott Hahn (Audio). https://www.youtube.com/watch?v=23xYAo_b6J0
- The
Church is One - Newman Apologetics Resource. http://zuserver2.star.ucl.ac.uk/~vgg/rc/aplgtc/hahn/m3/4mrko.html
- Holiness
Isn't What You Think It Is (Guest: Scott Hahn). https://crisismagazine.com/podcast/holiness-isnt-what-you-think-it-is-guest-scott-hahn
- Four
Marks of The Church The Church Is Holy | PDF - Scribd. https://www.scribd.com/document/412343297/Four-Marks-of-the-Church-the-Church-is-Holy
- The
Four Marks of the Church: Part 1. Dr. Scott Hahn. https://www.norfolkcatholic.org/resources/catholic-resources-links/know-your-faith
- How
Do We Know It's the True Church? | Catholic Answers Magazine. https://www.catholic.com/magazine/print-edition/how-do-we-know-its-the-true-church
- The
Splendor of the Catholic Church by Scott Hahn. https://www.catholicfidelity.com/apologetics-topics/church/the-splendor-of-the-catholic-church-by-scott-hahn/
- The
Four Marks of the Church - Behold The Truth. https://www.beholdthetruth.com/the-four-marks-of-the-church