Litani Para Kudus dalam Tradisi Gereja Katolik
Litani Para Kudus: permohonan, seruan bersama, suara yang tak henti-hentinya kepada Allah melaui perantaraan orang kudus-Nya. Ist. |
Oleh Sr. Tanti Yosepha
Litani para kudus adalah ujud kekayaan. Ia bukan sekadar
rangkaian seruan dan jawaban. Litani adalah doa yang tidak mengenal
terburu-buru. Kata ini lahir dari Yunani litanĂa yang berarti
permohonan, seruan bersama, suara yang tak henti-hentinya memanggil. Dari
abad-abad awal Kekristenan, umat terbiasa berdoa dengan cara itu: imam menyeru,
jemaat menjawab, lalu doa mengalir seperti arus sungai.
Litani adalah doa—resmi, abadi, mengalir bersama ritme
Gereja Katolik yang satu, kudus, dan apostolik. Pada upacara baptisan, litani meneguhkan
iman. Di upacara tahbisan (diakon, imam, uskuo), litani menyertai panggilan. Pada
vigili, litani menjadi nafas yang mengikat langit dan bumi dalam satu syair
doa. Litani, demikian, bukan hanya kata-kata; ia adalah ruang di mana manusia
dan yang kudus bertemu.
Dari sekian banyak litani, Litani Para Kudus adalah yang
paling kuno dan paling agung.
Saat doa ini didaraskan, umat seolah masuk ke dalam
arak-arakan panjang yang merentang lintas abad. Nama-nama yang terucap bukan
sekadar daftar, melainkan wajah-wajah dari sejarah iman. Mereka datang dari
zaman yang berbeda, namun berjalan dalam satu barisan. Di dalam litani, langkah
pribadi larut dalam gerakan bersama, dan pawai iman itu bergerak menuju Allah,
sumber segala kehidupan.
Diulang, dipanjangkan, dilagukan, sampai akhirnya jiwa
dituntun pada kesabaran. Doa dalam bentuk litani tidak menuntut jawaban cepat,
melainkan menanamkan rasa: doa itu perjalanan panjang,
Para Kudus: Saksi Hidup Iman dan kebenaran
Urutannya litani para kudus jelas. Diawali dengan panggilan kepada Allah Tritunggal, lalu
kepada para malaikat, patriarkh, rasul, martir, doktor Gereja, imam, perawan,
hingga semua orang kudus. Nama mereka terdengar satu per satu, sementara umat
hanya menjawab dengan kalimat sederhana: “Doakanlah kami.” Sederhana, tetapi
sungguh dalam. Kalimat itu menyingkapkan kerendahan hati manusia yang sadar
akan kelemahan dirinya, sekaligus keyakinan bahwa doa para kudus tetap
menyertai.
Keistimewaan Katolik adalah ia memiliki wajah nyata dari
orang-orang kudus itu. Mereka bukan legenda samar. Mereka pernah hidup, pernah
terluka, pernah jatuh, tetapi akhirnya berdiri dalam kesetiaan. Ada yang mati
di arena Romawi, ada yang mendidik anak-anak kecil, ada yang menulis teologi
agung, ada pula yang mengasingkan diri dalam sunyi biara. Masing-masing
mengajarkan bahwa iman tidak hanya berdiam dalam kitab, tetapi berdenyut di
tubuh manusia.
Ketika nama mereka diulang dalam litani, umat disadarkan
bahwa iman sejati adalah kesetiaan yang ditempa sejarah. Para kudus membuktikan
bahwa taat pada Kristus tidak merampas kemanusiaan, tetapi justru
menyempurnakannya. Wajah Injil menjadi konkret dalam darah mereka, dalam karya
mereka, dalam doa-doa mereka yang tak pernah padam.
Doa Panjang yang Menyimpan Harapan
Litani Para Kudus membangun rasa keterhubungan. Di dunia
yang hiruk-pikuk, manusia sering merasa asing dan sendiri. Namun litani
mengajarkan sebaliknya: engkau tidak sendirian. Ada komunitas surgawi yang
menyertaimu, ada keluarga besar iman yang menolongmu dengan doa.
Menyebut satu demi satu nama orang kudus juga melatih
kerendahan hati. Iman yang kita miliki bukanlah ciptaan sendiri, melainkan
lahir dari kesaksian dan perjuangan generasi sebelumnya. Kita berdiri di atas
bahu raksasa rohani, dan karena itu kita diajak untuk rendah hati, bukan
congkak. Dengan mengingat mereka, umat menjaga kemurnian ajaran yang telah
ditempa sepanjang sejarah.
Dan di ujung doa panjang itu, hati manusia dituntun pada
pengharapan. Kebaikan sungguh ada. Kesucian tetap mungkin. Kesetiaan nyata.
Dengan mengulang seruan, manusia belajar bahwa doa bukanlah permintaan instan,
melainkan nyanyian yang menumbuhkan keyakinan. Litani Para Kudus adalah
arak-arakan panjang dari bumi menuju surga, sebuah perjalanan iman yang tidak
pernah seorang diri.
Teks lengkap “Litani Para Kudus” dalam
Berikut ini teks lengkap “Litani Para Kudus” dalam Bahasa
Indonesia, sesuai terjemahan resmi dari Liturgi Gereja Katolik (Ritus
Romawi). Disertakan dari awal litani (Kyrie, doa permohonan kepada Allah)
sampai akhir (doa penutup), dengan bagian invokasi Para Kudus sudah sesuai
dengan daftar yang tadi kita rinci (56 individu + 13 kelompok = 69 baris
panggilan).
I. Seruan awal
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, dengarkanlah kami.
Kristus, kabulkanlah doa kami.
Allah Bapa di surga, kasihanilah kami.
Allah Putra, Penebus dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami.
Allah Tritunggal Mahakudus, kasihanilah kami.
II. Invokasi Para Kudus
Santa Perawan dan para Malaikat
Santa Maria, doakanlah kami.Santa Bunda Allah, doakanlah kami.
Santa Perawan dari segala perawan, doakanlah kami.
Santo Mikael, doakanlah kami.
Santo Gabriel, doakanlah kami.
Santo Rafael, doakanlah kami.
Semua Malaikat dan Malaikat Agung, doakanlah kami.
Semua persekutuan Roh surgawi, doakanlah kami.
Para Patriarkh dan Nabi
Santo Yohanes Pembaptis, doakanlah kami.Santo Yusuf, doakanlah kami.
Semua Patriarkh dan Nabi, doakanlah kami.
Para Rasul dan Murid Tuhan
Santo Petrus, doakanlah kami.Santo Paulus, doakanlah kami.
Santo Andreas, doakanlah kami.
Santo Yakobus, doakanlah kami.
Santo Yohanes, doakanlah kami.
Santo Thomas, doakanlah kami.
Santo Yakobus, doakanlah kami.
Santo Filipus, doakanlah kami.
Santo Bartolomeus, doakanlah kami.
Santo Matius, doakanlah kami.
Santo Simon, doakanlah kami.
Santo Tadeus, doakanlah kami.
Santo Matias, doakanlah kami.
Santo Barnabas, doakanlah kami.
Santo Lukas, doakanlah kami.
Santo Markus, doakanlah kami.
Semua Rasul dan Penginjil, doakanlah kami.
Semua Murid Tuhan, doakanlah kami.
Para Martir Kudus
Semua Kanak-kanak Kudus, doakanlah kami.Santo Stefanus, doakanlah kami.
Santo Laurensius, doakanlah kami.
Santo Vincentius, doakanlah kami.
Santo Fabianus dan Santo Sebastianus, doakanlah kami.
Santo Yohanes dan Santo Paulus, doakanlah kami.
Santo Kosmas dan Santo Damianus, doakanlah kami.
Santo Gervasius dan Santo Protasius, doakanlah kami.
Semua Martir Kudus, doakanlah kami.
Para Pengaku Iman, Uskup, dan Doktor Gereja
Santo Silvester, doakanlah kami.Santo Gregorius, doakanlah kami.
Santo Ambrosius, doakanlah kami.
Santo Agustinus, doakanlah kami.
Santo Hieronimus, doakanlah kami.
Santo Martinus, doakanlah kami.
Santo Nikolaus, doakanlah kami.
Semua Uskup dan Pengaku Iman, doakanlah kami.
Semua Doktor Gereja, doakanlah kami.
Para Imam, Biarawan, Pertapa
Santo Antonius, doakanlah kami.Santo Benediktus, doakanlah kami.
Santo Bernardus, doakanlah kami.
Santo Dominikus, doakanlah kami.
Santo Fransiskus, doakanlah kami.
Semua Imam dan Diakon, doakanlah kami.
Semua Biarawan dan Pertapa, doakanlah kami.
Para Perawan dan Santa Wanita Kudus
Santa Maria Magdalena, doakanlah kami.Santa Agata, doakanlah kami.
Santa Lucia, doakanlah kami.
Santa Agnes, doakanlah kami.
Santa Sesilia, doakanlah kami.
Santa Katarina, doakanlah kami.
Santa Anastasia, doakanlah kami.
Semua Perawan dan Janda Kudus, doakanlah kami.
Semua orang Kudus, pria dan wanita, doakanlah kami.
III. Permohonan kepada Allah
Tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami, ya Tuhan.
Selamatkanlah kami, ya Tuhan.
Dari segala dosa, bebaskanlah kami, ya Tuhan.
Dari murka-Mu, bebaskanlah kami, ya Tuhan.
Dari kematian yang kekal, bebaskanlah kami, ya Tuhan.
Dengan sengsara dan wafat-Mu, bebaskanlah kami, ya Tuhan.
Dengan wafat dan kebangkitan-Mu, bebaskanlah kami, ya Tuhan.
Dalam turunnya Roh Kudus, bebaskanlah kami, ya Tuhan.
IV. Doa Penutup
Putra Allah yang hidup,
kami mohon: dengarkanlah kami.
Kristus, dengarkanlah kami.
Kristus, kabulkanlah doa kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
✅ Total nama pribadi yang
disebut berjumlah 56 santo/santa (dihitung per nama walau dalam pasangan),
ditambah 13 kelompok panggilan.