Kanon Alkitab Kristen dan Peran Septuaginta dalam Penyebaran Firman: Mengapa Terjemahan Alkitab Menjadi Kunci dalam Misi Global Kristen
![]() |
Kitab Suci Katolik yang lengkap ada Deuterokanonika-nya. Ilustrasi: penulis. |
Alkitab Kristen merupakan kitab suci yang membentuk dasar ajaran dan iman umat Kristen di seluruh dunia.
Namun, di balik keberagaman tradisi dan denominasi Kristen, ada sejarah panjang dan kompleks yang membentuk apa yang kita kenal sekarang sebagai "Kanon Alkitab Kristen".
Proses ini tidak hanya melibatkan pemilihan kitab-kitab yang dianggap sah, tetapi juga keputusan-keputusan penting terkait bagaimana teks-teks tersebut diterjemahkan dan disebarluaskan ke dalam berbagai bahasa dan budaya.
Baca Analisis terhadap Teori-teori Pendidikan Kristen dalam Alkitab
Perlu kiranya orang Katolik lebih dalam mengenai Kanon Alkitab Kristen, menghubungkannya dengan Septuaginta—terjemahan Alkitab pertama dalam bahasa Yunani?
Hal yang tidak kalah penting adalah mengetahui alasan: apa alasan terjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa? Jawabnya singkat saja: agar segala bangsa di dunia memahami dan mejnghidupi isi pesan Firman Tuhan yang hidup.
Kanon Alkitab Kristen: Pengakuan Kitab-Kitab yang Dianggap Kudus
Kanon adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kumpulan kitab-kitab yang dianggap sah dan memiliki otoritas dalam tradisi agama tertentu. Dalam konteks Kristen, kanon Alkitab merujuk pada kitab-kitab yang dianggap sebagai tulisan suci yang diinspirasikan oleh Tuhan dan menjadi pedoman hidup umat Kristen. Alkitab Kristen dibagi menjadi dua bagian utama: Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru(PB).
Kanon Perjanjian Lama
Kanon Perjanjian Lama dalam tradisi Kristen memiliki hubungan yang erat dengan kanon Alkitab Ibrani, atau yang disebut "Tanakh" dalam bahasa Ibrani. Tanakh terdiri dari tiga bagian utama: Torah (Hukum), Nevi'im (Kitab Para Nabi), dan Ketuvim (Tulisan). Namun, terdapat perbedaan dalam urutan dan jumlah kitab yang diterima oleh tradisi Kristen.
- Protestan: Kanon Perjanjian Lama yang diterima oleh gereja-gereja Protestan didasarkan pada kanon Ibrani, yang berjumlah 39 kitab.
- Katolik: Gereja Katolik menerima kanon yang lebih luas, termasuk tujuh kitab tambahan yang tidak ada dalam Tanakh, seperti Tobit, Yudit, dan 1-2 Makabe, yang dikenal sebagai Deuterokanonika.
- Ortodoks: Gereja Ortodoks memiliki kanon Perjanjian Lama yang lebih panjang lagi, dengan beberapa kitab tambahan yang tidak ditemukan dalam tradisi Katolik.
Kanon Alkitab Kristen, baik Perjanjian Lama maupun Baru, merupakan hasil dari diskusi dan keputusan yang dilakukan oleh berbagai konsili gereja pada abad-abad awal. Proses ini berlangsung selama beberapa abad, dengan pembentukan kanon yang dimulai pada abad ke-2 Masehi dan baru mencapai kesepakatan yang lebih jelas pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi.
Kanon Perjanjian Baru
Perjanjian Baru adalah bagian Alkitab yang mencatat kehidupan, ajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus, serta perkembangan gereja pertama. Kanon Perjanjian Baru ini lebih seragam di seluruh tradisi Kristen, dengan 27 kitab yang diakui oleh hampir semua denominasi Kristen. Kitab-kitab ini mencakup empat Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes), kisah para rasul, surat-surat Paulus dan rasul-rasul lainnya, serta Kitab Wahyu.
Septuaginta: Terjemahan Yunani yang Mengubah Sejarah
Septuaginta (disingkat LXX) adalah terjemahan Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani dan Aram ke dalam bahasa Yunani yang dimulai sekitar abad ke-3 SM. Proyek terjemahan ini dilakukan oleh sekelompok terjemahan Yahudi di kota Alexandria, Mesir, yang bekerja atas permintaan raja Ptolemaus II dari Mesir. Septuaginta bukan hanya penting bagi umat Yahudi yang tinggal di luar Palestina, tetapi juga memiliki dampak besar bagi perkembangan awal Kekristenan.
Septuaginta berpengaruh besar dalam perkembangan Alkitab Kristen, terutama karena banyak kutipan Perjanjian Lama dalam kitab-kitab Perjanjian Baru berasal dari Septuaginta, bukan dari teks asli Ibrani. Ini menunjukkan bahwa gereja awal lebih sering merujuk pada terjemahan Yunani ini daripada pada teks Ibrani aslinya, yang sebagian besar tidak dapat diakses oleh mereka yang tidak menguasai bahasa Ibrani.
Septuaginta juga mengandung beberapa kitab yang tidak terdapat dalam Alkitab Ibrani, seperti Tobit, Yudit, dan 1-2 Makabe, yang kemudian dimasukkan dalam kanon Alkitab Katolik dan Ortodoks, tetapi tidak dalam kanon Protestan. Karena gereja-gereja Kristen awal menggunakan Septuaginta sebagai teks utama mereka, kitab-kitab tambahan ini menjadi bagian integral dari tradisi Katolik dan Ortodoks.
Baca Dilema Guru dan Teknologi: Apakah Gereja Masih Relevan dalam Pendidikan Gen Z?
Septuaginta juga menjadi dasar bagi beberapa terjemahan Alkitab penting di masa-masa kemudian, seperti Vulgata, terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin yang dibuat oleh Santo Yerome pada abad ke-4 Masehi.
Perbedaan antara Septuaginta dan Tanakh (Alkitab Ibrani) menciptakan ketegangan dalam penentuan kanon, terutama ketika gereja-gereja Kristen mulai menyusun kanon Alkitab mereka. Beberapa kitab yang terdapat dalam Septuaginta dianggap apokrifa (tergantung pandangan denominasi) oleh kelompok-kelompok tertentu, tetapi tetap menjadi bagian dari kanon Katolik dan Ortodoks.
Mengapa Terjemahan Alkitab ke dalam Berbagai Bahasa Sangat Penting?
Terjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran iman Kristen dan pembentukan gereja global. Ada beberapa alasan mendasar mengapa terjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa diperlukan dan sangat bermanfaat.
1. Misi Global dan Penyebaran Injil
Salah satu perintah utama yang diberikan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya adalah untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia (Matius 28:19-20). Agar pesan Injil dapat diterima secara luas oleh umat manusia yang memiliki beragam bahasa dan budaya, terjemahan Alkitab menjadi sangat krusial. Tanpa terjemahan, banyak orang tidak akan dapat memahami ajaran Kristen dalam bahasa mereka sendiri.
Gereja-gereja di seluruh dunia, baik di negara-negara mayoritas Kristen maupun di wilayah yang tidak mengenal Kristen, perlu Alkitab dalam bahasa lokal mereka untuk bisa belajar, mengajarkan, dan menjalani ajaran Kristus dengan lebih mendalam.
2. Aksesibilitas dan Pemahaman
Sebagian besar umat Kristen di dunia saat ini tidak memiliki kemampuan untuk membaca atau memahami Alkitab dalam bahasa asli (Ibrani, Aram, Yunani). Oleh karena itu, terjemahan yang baik dan akurat memungkinkan mereka mengakses dan memahami pesan yang terkandung dalam Alkitab.
Setiap terjemahan berusaha untuk menyampaikan pesan asli dengan cara yang relevan dalam konteks budaya dan bahasa tertentu, yang memungkinkan pembaca merespons dan memahami firman Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
3. Memperkuat Iman dan Pendidikan Teologi
Terjemahan Alkitab juga membantu memperkuat iman umat Kristen dengan memberi mereka pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Kristen. Selain itu, terjemahan ini juga mendukung pendidikan teologi, yang sangat penting bagi gereja dan pemimpin gereja dalam mengembangkan pemahaman yang lebih matang tentang Alkitab.
4. Memelihara Keragaman Budaya dalam Gereja
Dengan menerjemahkan Alkitab ke dalam berbagai bahasa, gereja-gereja menghormati keragaman budaya dan bahasa umat manusia. Setiap terjemahan mempertimbangkan konteks budaya setempat dan mencoba menyampaikan pesan Alkitab dengan cara yang bisa dipahami oleh orang-orang yang memiliki latar belakang budaya berbeda.
5. Teknologi dan Akses Digital
Kemajuan teknologi digital telah memungkinkan Alkitab untuk diterjemahkan ke dalam lebih banyak bahasa dan lebih mudah diakses oleh umat Kristen di seluruh dunia. Aplikasi Alkitab dan situs web memungkinkan pembaca dari berbagai bahasa untuk mengakses terjemahan Alkitab kapan saja dan di mana saja, mempercepat penyebaran Injil di dunia digital.
Kanon Alkitab Kristen
Kanon Alkitab Kristen adalah hasil dari keputusan-keputusan penting yang melibatkan pemilihan kitab-kitab yang dianggap otoritatif dan diinspirasikan oleh Tuhan.
Septuaginta memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan Alkitab Kristen, khususnya dalam dunia Kristen awal yang sebagian besar menggunakan terjemahan Yunani ini.
Adapun terjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa adalah langkah strategis untuk menyebarkan firman Tuhan kepada semua bangsa, memastikan pesan Kristen dapat dipahami oleh orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa.
Dengan demikian, terjemahan Alkitab bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga soal misi global gereja untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan menjangkau setiap orang di setiap tempat.
-- Br. Cosmas Setiaji