Extra Ecclesiam Nulla Salus

 

Santo Siprianus dari Kartago adalah salah satu yang pertama mengucapkannya.
Extra Ecclesiam nulla salus : Santo Siprianus dari Kartago adalah salah satu yang pertama mengucapkannya. Ist.

Oleh Teguh Imanqu

Extra Ecclesiam nulla salus adalah kalimat tua yang bergaung dari abad ke-3. Artinya: di luar Gereja tidak ada keselamatan.

Kalimat itu seperti batu karang di tepi laut. Ombak zaman datang silih berganti, menghantam, meredam, lalu pergi. Namun, kalimat itu tetap ada, berdiri tegak, meski terus ditafsir ulang. Dari lorong-lorong Kartago kuno hingga aula megah Vatikan, ia dibicarakan, diperdebatkan, dan direnungkan.

Apakah ia pagar yang keras, atau justru jendela yang mengarah ke cakrawala lebih luas?

Jejak di Abad Awal

Santo Siprianus dari Kartago adalah salah satu yang pertama mengucapkannya. Di tengah penganiayaan Roma, ketika banyak orang meninggalkan iman lalu ingin kembali, ia menulis: Extra Ecclesiam Nulla Salus.

Bagi Siprianus, kalimat itu bukan kutukan, melainkan seruan persatuan. Gereja adalah tubuh Kristus, dan tubuh itu hanya satu.

Origenes, pemikir besar dari Aleksandria, menambahkan gambaran. Ia menyebut Gereja sebagai rumah di tengah banjir. Di luar rumah itu, manusia hanyut.

Namun sejarah punya cara sendiri menajamkan sebuah kalimat. Yang lahir dari kerinduan akan kesatuan perlahan berubah menjadi doktrin keras.

Dinding Abad Pertengahan

Konsili Lateran IV pada 1215 meresmikan kalimat itu. Gereja, katanya, hanya satu. Di luar, tak ada keselamatan.

Seratusan tahun kemudian, Paus Bonifasius VIII menulis bulla Unam Sanctam. Ia menegaskan bahwa tunduk pada Paus Roma adalah syarat keselamatan. Bagi zamannya, itu bukan sekadar doktrin iman, tetapi juga pernyataan kuasa.

Puncaknya, Konsili Firenze pada abad ke-15 menegaskan bahwa orang pagan, Yahudi, bidat, bahkan skismatik tak bisa mencapai kehidupan kekal bila tak bersatu dengan Gereja. Kata-katanya tajam, tegas, tanpa kompromi.

Kalimat Latin yang lahir dari kecemasan seorang uskup Afrika kini menjelma benteng dogma.

Saat Belas Kasih Menyusup

Abad modern mengajarkan Gereja untuk bernafas lain. Paus Pius IX, di abad ke-19, menyuarakan doktrin yang sama, tetapi dengan nada lebih lembut. Ia mengingatkan bahwa mereka yang tak mengenal kebenaran bukan karena kesalahan sendiri, tak otomatis dihukum. Allah, katanya, mengenal hati manusia.

Pius XII melanjutkan nada itu. Dalam Mystici Corporis Christi, ia menegaskan Gereja sebagai tubuh mistik Kristus. Namun lewat dokumen tahun 1949, ia juga menolak tafsir kaku imam Boston, Leonard Feeney. Keselamatan bisa hadir lewat “keinginan” akan baptisan, meski tidak diwujudkan secara formal.

Konsili Vatikan II menjadi tonggak. Dalam Lumen Gentium, Gereja berkata: memang benar keselamatan ada dalam Kristus dan Gereja-Nya. Tetapi rahmat Allah bisa menjangkau siapa saja yang mencari-Nya dengan hati tulus, meski tak pernah mendengar nama Kristus.

Kalimat Latin itu kini tak hanya dinding, tetapi juga pintu.

Membaca Ulang di Hari Ini

Extra Ecclesiam nulla salus. Apa artinya bagi kita sekarang?

Bagi sebagian, kalimat itu tetap menjadi dasar evangelisasi. Jika Gereja adalah bahtera Nuh, maka tugas Gereja ialah mengajak sebanyak mungkin orang masuk.

Namun bagi yang lain, kalimat itu justru menjadi ajakan refleksi. Apakah Allah yang kasih-Nya tak terbatas bisa dipenjarakan oleh tembok doktrin? Apakah keselamatan benar-benar sekaku formula?

Di sinilah Gereja mencoba menyeimbangkan: menolak relativisme, tetapi juga menolak eksklusivisme yang menutup pintu belas kasih. Gereja tetap percaya hanya Kristuslah keselamatan. Tetapi Kristus tidak terbatas oleh batasan yang manusia buat.

Akhir yang Bukan Penutup

Kalimat itu sudah melewati hampir dua milenium. Kadang terdengar seperti palu, kadang seperti bisikan. Kadang ia menjelma benteng, kadang menjadi jembatan.

Dan mungkin di situlah rahasianya.

Sebab setiap kalimat teologis pada akhirnya hanyalah upaya manusia untuk mendekati misteri. Misteri itu tetap melampaui kata, melampaui dinding, melampaui batas.

“Di luar Gereja tidak ada keselamatan,” kata sebuah kalimat tua. Tetapi Gereja kini belajar menambahkan, bahwa di luar pemahaman kita pun, Allah tetap bekerja.

Keselamatan adalah Kristus. Dan Kristus, seperti laut yang luas, tak bisa dikurung dalam satu telaga kecil.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org