Yesus Sungguh Allah Sungguh Manusia: Landasan Alkitab dan Konsili Gereja
Yesus Sungguh Allah Sungguh Manusia by GrokAI. |
Doktrin bahwa Yesus Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia merupakan pilar utama iman Kristen.
Keyakinan Yesus Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia menegaskan bahwa Yesus memiliki dua natur, ilahi dan manusiawi dalam satu pribadi, tanpa bercampur, terpisah, atau kehilangan esensi masing-masing.
Baca Yesus sebagai Tokoh Sejarah
Doktrin ini berakar pada Alkitab dan diperkuat melalui konsili-konsili gereja awal untuk menanggapi ajaran-ajaran sesat.
Artikel ini mengulas landasan Alkitab, perkembangan teologis melalui konsili, dan relevansi doktrin ini, dengan referensi akademik untuk memastikan keakuratan.
Landasan Alkitab: Yesus sebagai Allah dan Manusia
Perjanjian Baru, khususnya Injil dan surat-surat, memberikan dasar teologis bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Ayat-ayat kunci menegaskan keilahian dan kemanusiaan Yesus secara harmonis.
Keilahian Yesus dalam Alkitab
Ayat Yohanes 1:1, 14 menyatakan, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita." Ini menegaskan bahwa Yesus (Firman) adalah Allah yang kekal yang mengambil rupa manusia melalui inkarnasi. Metzger (2005) menyebut Yohanes 1 sebagai pernyataan teologis paling eksplisit tentang keilahian Yesus (Metzger, 2005, hlm. 112).
Baca “Yesus Army” di Rumah Makan Long Bawan
Kolose 2:9 menegaskan, "Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan." Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sepenuhnya. Filipi 2:6-7 menambahkan, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba." Ayat ini menggambarkan keilahian Yesus yang merendahkan diri menjadi manusia.
Kemanusiaan Yesus dalam Alkitab
Kemanusiaan Yesus terlihat dalam narasi Injil. Lukas 2:7 mencatat kelahirannya dalam palungan, menunjukkan Ia lahir sebagai manusia biasa. Ibrani 4:15 menyatakan, "Sebab Imam Besar yang kita punya bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." Ayat ini menegaskan bahwa Yesus mengalami keterbatasan manusiawi tanpa dosa.
Baca Teologi Alkitabiah Katolik: Sistematis, Detail, Dapat Dibuktikan, dan Historis
Yohanes 11:35 ("Yesus menangis") menunjukkan emosi manusiawi Yesus saat berduka. Puncak kemanusiaan-Nya terlihat dalam penderitaan dan kematian di kayu salib (Matius 27:50), yang menegaskan Ia benar-benar manusia.
Kesatuan Natur Ilahi dan Manusiawi
Filipi 2:6-8 merangkum kesatuan natur Yesus: Ia adalah Allah yang mengosongkan diri untuk menjadi manusia, menderita, dan mati demi keselamatan. Dunn (2003) menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan Yesus sebagai model keilahian yang merendahkan diri dalam kemanusiaan (Dunn, 2003, hlm. 287).
Ayat Alkitab tentang doktrin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, termasuk Yohanes 1:1 dan Filipi 2:6-8.
Konsili-Konsili Gereja: Merumuskan Doktrin
Konsili-konsili gereja awal memainkan peran penting dalam merumuskan doktrin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, menanggapi ajaran-ajaran sesat seperti Arianisme dan Nestorianisme.
Konsili Nicea (325 M)
Konsili Nicea menanggapi Arianisme, yang menyatakan Yesus adalah ciptaan, bukan Allah sejati. Konsili ini menghasilkan Kredo Nicea, yang menyatakan Yesus "satu hakikat dengan Bapa" (homoousios), menegaskan keilahian-Nya. Kelly (1972) menyebut Nicea sebagai titik balik teologis (Kelly, 1972, hlm. 232).
Konsili Konstantinopel I (381 M)
Konsili ini memperkuat Kredo Nicea, menegaskan keilahian Roh Kudus dan doktrin Trinitas. Yesus dikonfirmasi sebagai Allah sejati, mempersiapkan landasan untuk diskusi tentang kemanusiaan-Nya (Pelikan, 1971, hlm. 202).
Konsili Efesus (431 M)
Menanggapi Nestorianisme, yang memisahkan natur ilahi dan manusiawi Yesus, konsili ini menyatakan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah), menegaskan kesatuan pribadi Yesus. Grillmeier (1975) menekankan pentingnya konsili ini untuk doktrin inkarnasi (Grillmeier, 1975, hlm. 447).
Konsili Kalsedon (451 M)
Konsili Kalsedon merumuskan Definisi Kalsedon, menyatakan bahwa Yesus memiliki dua natur—ilahi dan manusiawi—dalam satu pribadi, "tanpa bercampur, tanpa perubahan, tanpa terpisah, tanpa terbagi." Davis (1983) menyebut definisi ini sebagai standar ortodoksi Kristen (Davis, 1983, hlm. 186).
Relevansi Doktrin dalam Kekristenan
Doktrin ini memiliki implikasi teologis yang mendalam. Sebagai Allah, Yesus memiliki kuasa untuk mengampuni dosa (Markus 2:5-7). Sebagai manusia, Ia mewakili umat manusia dalam penebusan dosa (1 Korintus 15:45). Pelikan (1971) menegaskan bahwa doktrin ini menghubungkan Allah dan manusia melalui Yesus (Pelikan, 1971, hlm. 210).
Baca Verbum Dei: Ketika Firman Menjadi Daging, Berbicara, dan Dituliskan
Doktrin ini juga menjawab ajaran sesat seperti Doketisme (menyangkal kemanusiaan Yesus) dan Monofisitisme (menyatakan Yesus hanya memiliki satu natur). Konsili-konsili memastikan iman Kristen tetap berpijak pada Alkitab dan tradisi apostolik.
Konteks Modern dan Tantangan
Di era modern, doktrin ini tetap relevan meskipun dipertanyakan oleh beberapa kelompok. Misalnya, orang-orang di luar Kristen tidak memahami dan tidak meyakini keilahian Yesus berdasarkan interpretasi tertentu (ayasofya.id). Namun, Sanders (1983) menegaskan bahwa doktrin ini konsisten dengan Perjanjian Baru (Sanders, 1983, hlm. 152). Dan orang Kristen tetap kukuh dalam iman kepercayaannya, tak tergoyahkan.
Baca Mengapa Gereja Katolik Kuat dan Bertahan sebagai Organisasi Lebih dari 2.000 Tahun
Perspektif sekuler sering memandang dualitas natur sebagai kontradiksi logis. Grillmeier (1975) menjelaskan bahwa ini adalah misteri teologis yang diterima melalui iman berdasarkan wahyu (Grillmeier, 1975, hlm. 453).
Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia
- Doktrin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia adalah inti iman Kristen. Dasarnya adalah Yesus historis berlandaskan ayat-ayat seperti Yohanes 1:1, Filipi 2:6-8, dan Kolose 2:9.
- Konsili Nicea, Konstantinopel, Efesus, dan Kalsedon merumuskan doktrin ini untuk menjaga ortodoksi. Doktrin ini tetap relevan sebagai penghubung antara Allah dan manusia, menawarkan keselamatan melalui karya Yesus.
-- Fr. Fransesco Maulana
Daftar Pustaka
Davis, L. J. (1983). The First Seven Ecumenical Councils (325-787): Their History and Theology. Wilmington, DE: Michael Glazier.
Dunn, J. D. G. (2003). The Theology of Paul the Apostle. Grand Rapids, MI: Eerdmans.
Grillmeier, A. (1975). Christ in Christian Tradition: From the Apostolic Age to Chalcedon (451). Atlanta, GA: John Knox Press.
Kelly, J. N. D. (1972). Early Christian Doctrines. London: Adam & Charles Black.
Metzger, B. M. (2005). The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance. Oxford: Clarendon Press.
Pelikan, J. (1971). The Christian Tradition: A History of the Development of Doctrine, Vol. 1. Chicago, IL: University of Chicago Press.
Sanders, E. P. (1983). Paul and Palestinian Judaism. Philadelphia, PA: Fortress Press.
Situs Web:
Alkitab SABDA. (2022). Alkitab SABDA Online. Diakses dari https://alkitab.sabda.org