Kristen Menjelaskan Kebenaran dari Dirinya dan Kitabnya: Yesus sebagai Logos, Rhema, dan Graphē

 

Yesus sebagai Logos, Rhema, dan Graphē
Yesus sebagai Logos, Rhema, dan Graphē. Jadilah Kristen maka Anda selamat, masuk surga. ist.

Oleh Sr. Felicia Tesalonika

Dunia saat ini sering kali dipenuhi keraguan. Pandangan relativisme membuat kebenaran terasa seperti sesuatu yang bisa berubah-ubah, tidak pasti. 

Toh demikian, agama Kristen, khususnya dalam tradisi Katolik, menawarkan fondasi yang kokoh. Kebenaran bukan hanya ide abstrak. Kebenaran iman Kristen mutlak. Selesai!

Kebenaran adalah realitas hidup, diwujudkan secara sempurna dalam pribadi Yesus Kristus. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup" (Yohanes 14:6, Alkitab Terjemahan Baru). Ini bukan sekadar perkataan biasa. Ini adalah pernyataan mendalam bahwa Yesus adalah kebenaran itu sendiri.

Kitab Suci, sebagai firman Tuhan yang diilhamkan, menjadi saksi utama bagi kebenaran ini. Dalam teologi Kristen, konsep ini diungkap melalui tiga istilah Yunani dari Perjanjian Baru: Logos (Firman), Rhema (kata yang diucapkan), dan Graphē (tulisan suci). Ketiganya saling terhubung, membentuk gambaran lengkap tentang kebenaran yang berasal dari Kristus dan Alkitab.

Esai ini menjelaskan bagaimana Kristen, melalui lensa ajaran Katolik, memahami kebenaran dari esensi dirinya, yaitu Kristus, dan dari Kitabnya, yaitu Alkitab. 

Kita akan melihat di sini Yesus sebagai Logos, prinsip ilahi yang kekal; sebagai Rhema, firman yang hidup dan relevan; serta sebagai Graphē, tulisan yang otoritatif.

Kebenaran Kristen bukan dogma kaku, melainkan realitas yang mengubah hidup, berakar pada kasih dan kekudusan Tuhan. Mari kita telusuri lebih dalam.

Yesus sebagai Logos, Firman yang Abadi dan Pencipta

Injil Yohanes membuka dengan kalimat yang kuat: "Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah" (Yohanes 1:1, Alkitab Terjemahan Baru).

Kata Yunani Logos di sini merujuk pada Yesus Kristus, pribadi ilahi yang ada sejak kekekalan. Dalam filsafat Yunani kuno, Logos berarti prinsip rasional yang mengatur alam semesta. Namun, Yohanes mengisi konsep ini dengan makna Kristen: Logos adalah Kristus, jembatan antara Tuhan dan ciptaan-Nya.

Sebagai Logos, Yesus adalah kebenaran sejati. Ia ada sebelum segalanya. "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia; dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan" (Yohanes 1:3, Alkitab Terjemahan Baru). Ini menegaskan doktrin Tritunggal Mahakudus: Logos adalah Pribadi Kedua dalam Allah yang Esa, setara dengan Bapa.

Teolog Katolik seperti Joseph Ratzinger menyebut Logos sebagai "Verbum Dei," Firman Tuhan yang menjadi manusia untuk menyelamatkan kita (Ratzinger, 2005). Kebenaran Logos adalah kebenaran tentang keberadaan itu sendiri. Bukan sekadar pengetahuan, tetapi hubungan pribadi dengan Tuhan.

Tuhan tidak jauh. Melalui Logos, Ia berkomunikasi. "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita" (Yohanes 1:14, Alkitab Terjemahan Baru). Ini adalah misteri Inkarnasi: kebenaran ilahi menjadi nyata dalam hidup Yesus, melalui ajaran-Nya, mukjizat-Nya, dan pengorbanan-Nya di salib. Dalam ajaran Katolik, ini menentang relativisme modern yang menganggap kebenaran subjektif. Tidak demikian. Logos adalah kebenaran universal, dasar segala realitas. Tanpa-Nya, dunia akan kacau. Dengan-Nya, ada makna dan tujuan.

Logos juga menantang kita. Di zaman ketika orang bilang "kebenaranmu milikmu," Kristen menegaskan bahwa Logos adalah satu-satunya kebenaran. Ia adalah "terang manusia" yang tidak bisa dipadamkan kegelapan (Yohanes 1:4-5, Alkitab Terjemahan Baru).

Bagi orang yang percaya, menerima Logos berarti menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12, Alkitab Terjemahan Baru). Kebenaran ini bukan teori kering, melainkan hidup, mengubah hidup kita.

Yesus sebagai Rhema, Firman yang Diucapkan dan Pribadi

Sementara Logos adalah Firman yang kekal, Rhema menekankan firman yang diucapkan, yang langsung dan relevan. Dalam bahasa Yunani, Rhema berarti ucapan atau kata yang disampaikan pada saat tertentu. Dalam tradisi Katolik, Rhema tidak dipisahkan tajam dari Logos, tetapi lebih sebagai cara firman Tuhan menjadi hidup dalam kehidupan kita.

Dalam Perjanjian Baru, Rhema muncul dalam konteks seperti Efesus 6:17, di mana "firman Allah" disebut sebagai "pedang Roh" (Alkitab Terjemahan Baru).

Yesus memakai Rhema saat melawan Iblis di padang gurun, mengutip Kitab Suci: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Matius 4:4, Alkitab Terjemahan Baru). Sebagai Rhema, Yesus adalah firman Tuhan yang berbicara langsung kepada kita. Kebenaran ini hidup, dinamis.

Dalam ajaran Katolik, Rhema terkait dengan karya Roh Kudus. Roh membuat firman Tuhan relevan. "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17, Alkitab Terjemahan Baru). Rhema adalah penginjilan yang menyentuh hati, kata-kata tentang Yesus yang membangkitkan iman. Bukan sekadar membaca Alkitab. Ini tentang mendengar Tuhan berbicara melalui doa, sakramen, atau refleksi.

Rhema menjembatani yang umum dan yang khusus. Alkitab adalah dasar, tetapi Rhema adalah aplikasi pribadi. Misalnya, "Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mazmur 119:105, Alkitab Terjemahan Baru).

Firman ini menerangi hidup kita secara spesifik, dapat sebagai bimbingan, penghiburan, atau tantangan. Yesus sebagai Rhema mengajak kita untuk taat. "Jadilah pelaku firman dan bukan hanya pendengar" (Yakobus 1:22, Alkitab Terjemahan Baru). Kebenaran ini bukan teori, melainkan panggilan untuk hidup nyata.

Yesus sebagai Graphē, Tulisan Suci yang Otoritatif

Graphē adalah istilah Yunani untuk "tulisan," khususnya tulisan suci. Dalam Perjanjian Baru, Graphē merujuk pada Kitab Suci yang diilhamkan Tuhan. 

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2 Timotius 3:16, Alkitab Terjemahan Baru). Sebagai Graphē, Yesus adalah pusat dan pemenuhan semua tulisan suci.

Dalam ajaran Katolik, Graphē adalah kebenaran tertulis yang tak berubah. Tuhan mengilhami penulis manusia, menjadikan Alkitab otoritatif dalam hal keselamatan. 

Yesus sendiri menegaskan ini. Ia berkata, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci... dan memang Kitab-kitab itu yang bersaksi tentang Aku" (Yohanes 5:39, Alkitab Terjemahan Baru). Graphē adalah saksi bagi Logos. Ia juga menjadi dasar doktrin seperti Tritunggal Mahakudus dan keselamatan oleh iman.

Graphē melawan keraguan modern. Alkitab bukan mitos, melainkan catatan historis dan profetik tentang rencana Tuhan melalui Kristus. Scott Hahn menyebut Kitab Suci sebagai "surat cinta Tuhan," yang mengungkapkan Yesus sebagai pemenuhan janji-janji Tuhan (Hahn, 2003). Melalui Roh Kudus

Graphē menjadi hidup. Hukum Tuhan "ditulis" di hati kita (2 Korintus 3:3, Alkitab Terjemahan Baru), menghubungkan kebenaran tertulis dengan transformasi batin.

Kebenaran dari Kristus dan Kitab-Nya

Logos, Rhema, dan Graphē bersatu membentuk kebenaran Kristen. Logos adalah esensi Yesus sebagai Tuhan. Rhema adalah firman-Nya yang berbicara hari ini. Graphē adalah fondasi tertulis yang tak tergoyahkan. 

Bersama, LogosRhema, dan Graphē menawarkan kebenaran yang lengkap, moral, pribadi, dan abadi. 

Kebenaran Kristen ini berasal dari sifat Tuhan yang kudus (Mazmur 43:3, Alkitab Terjemahan Baru). 

Kristus adalah sumber kebenaran itu sendiri. Dalam Injil Yohanes 18:37 ketika Yesus berbicara di hadapan Pilatus:

"Jawab Yesus: 'Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.'" (Yohanes 18:37, Alkitab Terjemahan Baru)

Ayat ini menegaskan bahwa Kristus adalah sumber kebenaran itu sendiri, dan hanya mereka yang berasal dari kebenaran yang dapat mendengar serta mengikuti suara-Nya.

Yohanes 14:6 menyatakan kebenaran itu:

"Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Ayat ini menegaskan bahwa Yesus bukan hanya menunjukkan jalan, tetapi Yesus jalan itu sendiri, kebenaran sejati, dan sumber hidup menuju Bapa di surga. 

Klir. Selesai! Sempurna iman Kristen.

Hidup dalam kebenaran Kristen

Kristen menjelaskan kebenaran melalui Yesus sebagai Logos, Rhema, dan Graphē, serta melalui Kitab Suci yang bersaksi tentang-Nya. Kebenaran ini membebaskan.

"Kamu akan mengenal kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yohanes 8:32, Alkitab Terjemahan Baru).

Mari kita hidup dalam kebenaran ini, menyembah Logos, mendengar Rhema, dan taat pada Graphē.

Daftar Pustaka

Benedict XVI. (2010). Verbum Domini: Post-Synodal Apostolic Exhortation on the Word of God in the Life and Mission of the Church. Vatican Press.

Catechism of the Catholic Church. (1993). Catechism of the Catholic Church (2nd ed.). Libreria Editrice Vaticana.

Hahn, S. (2003). Understanding the Scriptures: A Complete Course on Bible Study. Midwest Theological Forum.

Hahn, S. (Ed.). (2014). Letter & Spirit, Vol. 9: Christ and the Unity of Scripture. Emmaus Road Publishing.

John Paul II. (1998). Fides et Ratio: On the Relationship Between Faith and Reason. Vatican Press.

Ratzinger, J. (Benedict XVI). (2005). God's Word: Scripture, Tradition, Office. Ignatius Press.

Second Vatican Council. (1965). Dei Verbum: Dogmatic Constitution on Divine Revelation. Vatican Press.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org