Kitab Suci Katolik
Alkitab Katolik 73 kitab yang terdiri dari 46 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru. Dokpri penulis. |
Oleh Br. Cosmas Damianus
Kitab Suci bagi umat Katolik bukan hanya kumpulan lembaran
kuno. Ia adalah peta perjalanan iman, saksi bisu sejarah keselamatan, dan
sumber hidup liturgi serta doa.
Dalam tulisan ini kami menjelaskan secara ringkas namun komprehensif: apa yang dimaksud dengan Kitab Suci Katolik, bagaimana kanonnya terbentuk, apa saja isinya, termasuk kitab “deuterokanonika” yang kerap menimbulkan pertanyaan dan mengapa Kitab Suci tetap menjadi nadi spiritual sekaligus sumber otoritas teologis Gereja.
Sumber-sumber yang dijadikan rujukan
adalah dokumen resmi Gereja dan keterangan dari institusi-institusi Katolik
terverifikasi.
Apa itu "Kitab Suci Katolik"?
Bila orang bertanya berapa banyak kitab dalam Alkitab
Katolik, jawaban tegasnya adalah: 73 kitab yang terdiri dari 46 kitab
Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru (atau 45 jika Yeremia
dan Ratapan dihitung bersama). Pembagian ini bukan arbitrar; ia tercantum dalam
pengajaran Katekismus Gereja Katolik dan pemaparan resmi Magisterium.
Kitab-kitab ini disebut "suci" karena Gereja mengakui inspirasi ilahi
atas tulisan-tulisan itu dan menempatkannya sebagai norma utama pengajaran
iman.
Penting dicatat: istilah dan urutan buku pada Alkitab
Katolik berbeda-beda bergantung tradisi bahasa dan edisi terjemahan (misal
urutan Latin Vulgata berbeda dari urutan dalam terjemahan bahasa modern). Namun
substansi kanon yaitu daftar kitab yang diakui sebagai otoritatif — adalah
kesepakatan Gereja Katolik, sebagaimana dirumuskan dalam tradisi magisterial.
Jejak sejarah: bagaimana kanon itu ditetapkan
Proses yang akhirnya membuahkan kanon Kitab Suci Katolik
berlangsung berabad-abad. Para pemimpin Gereja awal mengumpulkan, membacakan,
dan menguji tulisan-tulisan yang beredar di komunitas Kristiani sekolah-kriteria
yang umum digunakan termasuk: kesaksian rasuli (hubungan dengan rasul atau
komunitas rasuli), penggunaan liturgis yang luas, dan kesesuaian dengan
"aturan iman" Gereja.
Keputusan formal tidak terjadi pada satu pertemuan tunggal,
melainkan melalui konsensus yang berproses, disahkan oleh sejumlah sinode dan
konsili lokal serta akhirnya ditekankan oleh Konsili Trente pada abad ke-16
ketika gereja merespons tantangan Reformasi. Konsili tersebut memasukkan daftar
kitab yang diterima oleh Gereja dalam sebuah dekrit resmi.
Dokumen Vatikan tentang pewahyuan ilahi, Dei Verbum
(1965), menegaskan bahwa Kitab Suci dan Tradisi Suci saling melengkapi: kanon
dapat dipahami benar hanya dalam terang Tradisi apostolik yang hidup dan
otoritas pengajaran Gereja. Dengan kata lain, pengakuan kanon bukan sekadar
soal kriteria tekstual, tetapi juga soal pengakuan komunitas iman yang dipimpin
oleh para uskup dalam kesinambungan apostolat.
Perjanjian Lama, Deuterokanonika, dan Perjanjian Baru
Secara lebih rinci, Perjanjian Lama dalam Alkitab Katolik
mencakup kitab-kitab yang juga dikenal dalam tradisi Yahudi dan Kristen awal,
tetapi juga memuat sejumlah kitab yang disebut deuterokanonika yakni
kitab-kitab yang tidak ada dalam kanon Ibrani tetapi termasuk dalam Septuaginta
(terjemahan Yunani dari Kitab Suci Ibrani yang luas dipakai oleh Gereja awal)
dan diterima oleh Gereja Katolik. Contoh deuterokanonika adalah Tobit, Yudit,
Kebijaksanaan Salomo (Wisdom), Sirakh (Ecclesiasticus), Barukh,
1 dan 2 Makabe, serta tambahan pada Daniel dan Esther.
Perbedaan inilah yang paling sering menjadi sebab kebingungan antara Alkitab
Katolik (73 kitab) dan Alkitab Protestan yang umumnya berisi 66 kitab.
Perjanjian Baru, yang menjadi dasar iman Kristiani, berisi
27 kitab: empat Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes), Kisah Para Rasul,
surat-surat rasuli (Paulus dan non-Paulus) dan Kitab Wahyu. Susunan dan
penerimaan buku-buku ini dibentuk dalam tradisi gereja mula-mula karena
buku-buku tersebut dinilai memuat kesaksian sahih tentang kehidupan, ajaran,
kematian dan kebangkitan Kristus, serta buah karya pewartaan apostolik.
Perlu dicatat juga bahwa meskipun Perjanjian Lama Katolik
dan Perjanjian Lama Yahudi memiliki banyak tumpang tindih, urutan dan pembagian
pasal/bab dapat berbeda — sebab tradisi teks Yunani (Septuaginta) dan teks
Ibrani memiliki pengaturan yang bukan selalu serupa. Bagi pembaca modern,
terjemahan resmi dan catatan kaki edisi Katolik kerap membantu menjelaskan
varian-varian itu.
Fungsi teologis dan liturgis
Kitab Suci bagi Katolik tidak hanya bahan studi akademis; ia
hidup di dalam liturgi, doa pribadi, homili, dan pembentukan moral. Dei
Verbum menekankan: seluruh Kitab Suci diinspirasi oleh Roh Kudus dan
berguna untuk pengajaran, pembentukan moral, dan kehidupan doa umat. Namun,
pembacaan Kitab Suci yang benar harus memperhitungkan maksud pengarang (sense
litteralis) dan keseluruhan tradisi gerejawi yang menafsirkan teks tersebut
dalam terang Kristus. Dengan kata lain: membaca Alkitab dalam Gereja Katolik
selalu membaca dalam komunitas yang dididik oleh Tradisi dan Magisterium.
Dalam praktik liturgi Bahasa Indonesia, Gereja lokal
mendorong agar umat mempunyai akses kepada terjemahan Kitab Suci yang sahih dan
mudah dipahami. Di Indonesia ada upaya penerjemahan yang mempertimbangkan
bahasa sehari-hari namun tetap setia pada teks sumber, serta disertai
catatan-catatan pastoral. Para imam, katekis, dan tim liturgi berperan
menautkan pembacaan Kitab Suci dengan pengalaman hidup umat—sebuah ciri khas
pendekatan Kompas Minggu: teks yang bersentuhan langsung dengan realitas
masyarakat.
Kitab Suci sebagai undangan dialog
Menutup tulisan ini, penting diingat bahwa Kitab Suci Katolik adalah undangan: undangan untuk masuk ke dalam dialog dengan Allah yang bersejarah dan kontemporer. Ia memanggil bukan hanya intelektual, tetapi juga hati untuk mendengar, direnungkan, dan diwujudkan dalam tindakan kasih. Bagi Gereja, kanon bukan sebuah monumen yang tetap di luar kehidupan; ia adalah sumber yang terus menghidupkan tradisi, memberi arah moral, dan menumbuhkan harapan dalam setiap generasi.
Dokumen-dokumen Gereja menegaskan, akses yang
mudah terhadap Kitab Suci harus menjadi perhatian bersama agar firman itu tidak
hanya dibaca, tetapi juga dihayati.
Daftar Lengkap 73 Kitab dalam Alkitab Katolik
Perjanjian Lama (46 Kitab)
Pentateukh (5 Kitab):
- Kejadian
- Keluaran
- Imamat
- Bilangan
- Ulangan
Sejarah (16 Kitab):
6. Yosua7. Hakim-hakim
8. Rut
9. 1 Samuel
10. 2 Samuel
11. 1 Raja-raja
12. 2 Raja-raja
13. 1 Tawarikh
14. 2 Tawarikh
15. Ezra
16. Nehemia
17. Tobit*
18. Yudit*
19. Ester (dengan tambahan)*
20. 1 Makabe*
21. 2 Makabe*
Kebijaksanaan (7 Kitab):
22. Ayub23. Mazmur
24. Amsal
25. Pengkhotbah
26. Kidung Agung
27. Kebijaksanaan Salomo (Wisdom)*
28. Sirakh (Ecclesiasticus)*
Nabi-nabi (18 Kitab):
29. Yesaya30. Yeremia
31. Ratapan
32. Barukh*
33. Yehezkiel
34. Daniel (dengan tambahan)*
35. Hosea
36. Yoel
37. Amos
38. Obaja
39. Yunus
40. Mikha
41. Nahum
42. Habakuk
43. Zefanya
44. Hagai
45. Zakharia
46. Maleakhi
(* = kitab deuterokanonika/tambahan Katolik)
Perjanjian Baru (27 Kitab)
Injil (4 Kitab):
- Matius
- Markus
- Lukas
- Yohanes
Sejarah (1 Kitab):
5. Kisah Para RasulSurat-surat Paulus (13 Kitab):
6. Roma
7. 1 Korintus
8. 2 Korintus
9. Galatia
10. Efesus
11. Filipi
12. Kolose
13. 1 Tesalonika
14. 2 Tesalonika
15. 1 Timotius
16. 2 Timotius
17. Titus
18. Filemon
Surat Ibrani & Katolik (8 Kitab):
19. Ibrani20. Yakobus
21. 1 Petrus
22. 2 Petrus
23. 1 Yohanes
24. 2 Yohanes
25. 3 Yohanes
26. Yudas
Apokaliptik (1 Kitab):
27. WahyuPerbedaa dan persamaan Kitab Suci Katolik dan Protestan
Kategori |
Katolik (73 Kitab) |
Protestan (66 Kitab) |
Perjanjian Lama |
46 kitab (termasuk deuterokanonika) |
39 kitab (tanpa deuterokanonika) |
Perjanjian Baru |
27 kitab |
27 kitab (sama) |
Total |
73 kitab |
66 kitab |
Kitab yang ada di Katolik tapi tidak di Protestan |
Tobit, Yudit, 1 & 2 Makabe, Kebijaksanaan, Sirakh,
Barukh, tambahan Ester & Daniel |
Dimasukkan dalam “Apokrifa” atau tidak diakui |