Kitab Suci Katolik: Isinya Tetap, yang Berubah Terjemahannya ke Bahasa Bangsa-bangsa di Dunia
Kitab Suci Katolik asli dan tetap dari semula yang dikanon 73 kitab. Ist. |
Oleh Br. Cosmas Damianus Baptista
Kanon Kitab Suci Katolik adalah kumpulan kitab-kitab yang diinspirasikan
oleh Allah dan menjadi pedoman hidup umat Katolik.
Proses penetapan kanon ini melibatkan sejarah panjang dan
perdebatan teologis yang mendalam. Selain itu, terjemahan Alkitab ke dalam
berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, juga mengalami perkembangan yang
signifikan.
Kita perlu memahami kanon Kitab Suci Katolik, perubahan
dalam terjemahan Alkitab bukan pada ISI KITAB-nya. Serta bagaimana terjemahan Kitab Suci ini hidup dan masuk ke dalam hidup pengantur Katolik bangsa di dunia ini yang jumlah saat ini 1,5 miliar.
Pemahaman Kitab Suci Katolik tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang iman yang diwariskan turun-temurun. Kitab Suci yang dibaca umat saat ini bukanlah sekadar kumpulan teks kuno, melainkan hasil perjalanan iman yang dijaga dengan setia oleh umat Allah sepanjang zaman. Untuk Perjanjian Lama, teks-teksnya disusun, disalin, dan diteguhkan secara bertahap sejak tradisi lisan bangsa Israel hingga pembaruan religius besar pada masa Raja Yosia sekitar tahun 622 SM. Sementara itu, Perjanjian Baru lahir dari pengalaman hidup Yesus Kristus, kesaksian para rasul, serta iman jemaat perdana yang meneruskan kabar keselamatan ke seluruh dunia.
Perjanjian Baru dengan 27 kitabnya merupakan buah kesaksian iman yang nyata. Tulisan-tulisan para murid Yesus, doa-doa, surat-surat penggembalaan, serta kisah hidup jemaat Kristen awal menjadi dasar yang kemudian dihimpun dan ditafsirkan dalam terang Roh Kudus. Proses ini tidak berhenti di situ, melainkan terus dibimbing oleh para Bapa Gereja dan para pujangga iman, yang membantu Gereja meneguhkan kanon Kitab Suci dan menafsirkannya dengan setia. Dengan demikian, Kitab Suci hadir bukan sekadar dokumen sejarah, melainkan Sabda Allah yang hidup dan terus berbicara kepada umat-Nya.
Tradisi itu tidak pernah putus. Gereja Katolik memastikan kemurniannya terus terjaga melalui para penerus Petrus dari paus pertama hingga paus ke-267 hari ini. Dengan begitu, Kitab Suci yang ada di tangan umat Katolik sekarang adalah hasil perjalanan iman yang panjang, otentik, dan dijaga oleh Gereja. Sedemikian rupa, sehingga Kitab Suci Katolik tetap menjadi sumber hidup dan terang bagi setiap generasi.
Orang Katolik kukuh. Berpegang teguh pada kemurnian Kitab Suci dalam sati kesatuan dengan Tradisi dan magisterium. Untuk itulah Kanon Suci Katolik ditetapkan untuk dipedomani dan ditaati bersama seluruh dunia.
Kanon Kitab Suci Katolik
Proses kanonisasi Perjanjian Lama dimulai pada masa
pemerintahan Raja Yosia sekitar tahun 622 SM, yang dikenal dengan Gerakan
Reformasi Deuteronomis. Pada masa ini, kitab-kitab Taurat dihimpun dan disusun
menjadi satu kesatuan. Selanjutnya, kanonisasi Perjanjian Lama dilanjutkan oleh
para imam Yahudi dan keluarga Masoret, yang menyusun konsensus kanon Ibrani di
Jamna sekitar tahun 90 Masehi.
Gereja Katolik mengakui kanon Perjanjian Lama yang lebih
luas, termasuk kitab-kitab yang dikenal sebagai Deuterokanonika, seperti Tobit,
Yudit, Sirakh, Kebijaksanaan Salomo, Barukh, serta tambahan pada kitab Daniel
dan Ester. Keputusan ini ditegaskan dalam Konsili Trente pada tahun 1546, yang
menetapkan bahwa kanon yang digunakan adalah kanon Latin Vulgata yang disusun
oleh St. Hieronimus pada abad ke-4.
Proses kanonisasi Perjanjian Baru berlangsung selama
beberapa abad. Pada abad ke-2, beberapa kitab sudah dianggap otoritatif oleh
komunitas Kristen awal. Namun, konsensus resmi mengenai kanon Perjanjian Baru
baru tercapai pada Konsili Kartago pada tahun 397 Masehi, yang menetapkan 27
kitab sebagai kanon. Keputusan ini kemudian disetujui oleh Paus Santo
Innocentius I pada tahun 405 Masehi.
Perubahan dalam Terjemahan Alkitab
Pada abad ke-4, Paus Damasus I memerintahkan penerjemahan
Alkitab ke dalam bahasa Latin untuk memudahkan umat Kristen. St. Hieronimus
ditugaskan untuk menerjemahkan Alkitab dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam
bahasa Latin, yang dikenal dengan nama Vulgata. Terjemahan ini menjadi standar
Alkitab di Gereja Barat selama berabad-abad.
Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia dimulai pada
abad ke-17. Terjemahan pertama dilakukan oleh Albert Cornelius Ruyl pada tahun
1629 untuk kitab Matius. Seiring berjalannya waktu, berbagai terjemahan Alkitab
muncul, termasuk Terjemahan Baru (TB) yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia (LAI) pada tahun 1974. Terjemahan ini menjadi yang paling banyak
digunakan di Indonesia.
Perubahan dalam terjemahan Alkitab sering kali disebabkan oleh perkembangan bahasa dan pemahaman teologis. Misalnya, dalam Terjemahan Baru, beberapa istilah diterjemahkan dengan lebih tepat sesuai dengan konteks asli. Namun, perubahan ini kadang menimbulkan perbedaan interpretasi di kalangan umat. Oleh karena itu, penting bagi umat Katolik untuk memahami konteks sejarah dan teologis dari setiap terjemahan.
Implikasi terhadap Pemahaman Umat Katolik
Perubahan dalam terjemahan Alkitab dapat mempengaruhi
pemahaman umat Katolik terhadap ajaran Gereja. Misalnya, perbedaan dalam
terjemahan kata "gereja" dapat mempengaruhi pemahaman tentang peran
Gereja dalam kehidupan umat. Oleh karena itu, penting bagi umat untuk
mempelajari Kitab Suci dengan bimbingan Magisterium Gereja, yang memastikan
interpretasi yang benar sesuai dengan ajaran Katolik.
Untuk menghindari kesalahpahaman, pendidikan Kitab Suci yang baik sangat diperlukan. Gereja Katolik menyediakan berbagai sumber, seperti Katekismus Gereja Katolik dan pelajaran Alkitab, untuk membantu umat memahami Kitab Suci secara mendalam. Selain itu, umat juga diajak untuk membaca Kitab Suci secara pribadi dan dalam komunitas, dengan doa dan refleksi.
Kitab Suci Katolik dibagi menurut kategori
Kitab Suci Katolik yang dibagi menurut kategori: Historis, Kebijaksanaan, Nabi, dan Deuterokanonika. Ini mempermudah pemahaman struktur Perjanjian Lala dan Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama (46 Kitab)
Kategori | Kitab |
---|---|
Kitab Historis | Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester (dengan tambahan) |
Deuterokanonika Historis | Tobit, Yudit, 1 Makabe, 2 Makabe |
Kitab Kebijaksanaan | Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel (dengan tambahan: Doa Azarya, Lagu Tiga Pemuda, Susanna, Bel dan Naga) |
Deuterokanonika Kebijaksanaan | Kebijaksanaan Salomo, Sirakh / Ecclesiasticus, Barukh |
Kitab Nabi Kecil | Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi |
Perjanjian Baru (27 Kitab)
Kategori | Kitab |
---|---|
Injil | Matius, Markus, Lukas, Yohanes |
Sejarah | Kisah Para Rasul |
Surat Paulus | Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon |
Surat Umum / Katolik | Ibrani, Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas |
Nubuat / Wahyu | Wahyu |
Kanon Kitab Suci Katolik merupakan hasil dari proses panjang yang melibatkan sejarah, teologi, dan bimbingan Roh Kudus.
Perubahan dalam terjemahan Alkitab, baik dalam bahasa Latin maupun bahasa Indonesia, merupakan bagian dari upaya Gereja untuk menyampaikan pesan ilahi dengan cara yang dapat dipahami oleh umat di berbagai zaman dan tempat. Namun, perubahan ini juga menuntut umat untuk lebih berhati-hati dan mendalami konteks asli serta ajaran Gereja agar tidak terjebak dalam interpretasi yang keliru.
Dengan memahami sejarah kanonisasi dan perkembangan terjemahan Alkitab, umat Katolik dapat lebih menghargai kekayaan spiritual yang terkandung dalam Kitab Suci dan menjadikannya sebagai pedoman hidup yang hidup dan relevan di masa kini.
Bulan Kitab Suci Nasional, 2025 tanggal ke-18