Infidei dan Unbeliever dalam Pandangan Katolik adalah Saudara Sesama Manusia
Infidei dan Unbeliever dalam Pandangan Katolik: Sesama saudaramu manusia. Ist. |
Oleh Br. Cosmas Damianus Baptista
Menurut Gereja Katolik, konsep orang yang tidak mengenal
atau mengakui Tuhan yang benar dikenal sebagai "infidel" (orang tidak
beriman) atau "unbeliever" (orang tidak percaya).
Golongan orang yang demikian itu didefinisikan sebagai orang
yang belum dibaptis, ateis, atau yang menolak Yesus Kristus.
Dari Catholic Encyclopedia (Ensiklopedia Katolik, 1910):
"Infidels are those who have not been baptized. The
term applies not only to all who are ignorant of the true God, such as pagans
of various kinds, but also to those who adore Him but do not recognize Jesus
Christ, as Jews and Mohammedans." Ini mencakup "negative
infidelity" (ketidaktahuan tentang iman), yang bukan dosa tapi konsekuensi
dosa asal, dan "positive infidelity" (penolakan aktif terhadap iman).
Dari Baltimore Catechism (Kateksimus Baltimore, 1885, yang disetujui oleh Gereja Katolik AS):
"An infidel properly means one who has never been
baptized–one who is not of the number of the faithful; that is, those believing
in Christ. Sometimes atheists are also called infidels."
Dari Catechism of the Catholic Church (Kateksimus Gereja
Katolik, 1992, dokumen resmi Vatikan):
- Paragraf
2123: "Many... of our contemporaries either do not at all perceive,
or explicitly reject, this intimate and vital bond of man to God. Atheism
must therefore be regarded as one of the most serious problems of our
time."
- Paragraf
2125: "Since it rejects or denies the existence of God, atheism is a
sin against the virtue of religion."
- Paragraf
2126: "Atheism is often based on a false conception of human
autonomy, exaggerated to the point of refusing any dependence on
God."
- Paragraf
2128: "Agnosticism... is all too often equivalent to practical
atheism."
Dokumen-dokumen ini menekankan bahwa orang yang tidak
mengenal atau mengakui Tuhan (seperti ateis atau pagan) dianggap berada di luar
iman Katolik, tetapi Gereja juga mengajarkan belas kasih dan kemungkinan
keselamatan melalui rahmat Tuhan. Untuk teks lengkap, kunjungi situs resmi
Vatikan (vatican.va) atau New Advent (newadvent.org).
Dari Dokumen Konsili Vatikan II - Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (1965):
Dokumen ini membahas ateisme sebagai masalah serius zaman
modern dan sikap Gereja terhadap orang yang tidak percaya.
- Paragraf
19: Ateisme dianggap sebagai salah satu masalah paling serius di zaman
ini, dengan berbagai bentuk seperti penolakan eksplisit terhadap Tuhan
atau ketidakmampuan menyatakan apa pun tentang-Nya. "Atheism must
therefore be regarded as one of the most serious problems of our time, and
deserves a more thorough examination." Gereja mengakui bahwa orang
percaya kadang bertanggung jawab atas situasi ini, dan mereka yang sengaja
menutup hati dari Tuhan tidak bebas dari kesalahan.
- Paragraf
20: Ateisme modern sering bersifat sistematis, menekankan kemandirian
manusia hingga menimbulkan kesulitan terhadap ketergantungan pada Tuhan.
Ini termasuk bentuk ateisme yang mempromosikan pembebasan manusia melalui
kekuatan ekonomi dan sosial, serta upaya memaksakan ateisme melalui
kekuasaan negara, terutama dalam pendidikan.
- Paragraf
21: Gereja menolak ateisme secara keseluruhan, tetapi mendorong dialog
dengan orang percaya dan tidak percaya untuk membangun dunia yang lebih
baik. "While rejecting atheism, root and branch, the Church sincerely
professes that all men, believers and unbelievers alike, ought to work for
the rightful betterment of this world in which all alike live."
Gereja mengundang ateis untuk memeriksa Injil Kristus dan menekankan bahwa
pesan Gereja memulihkan harapan serta martabat manusia.
Dari Dokumen Konsili Vatikan II - Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium (1964):
- Paragraf
16: Mereka yang, tanpa kesalahan sendiri, tidak mengenal Injil Kristus
atau Gereja-Nya, tetapi mencari Tuhan dengan hati tulus dan berusaha
melakukan kehendak-Nya melalui suara hati nurani, juga dapat mencapai
keselamatan abadi. "Those who, through no fault of their own, do not
know the Gospel of Christ or his Church, but who nevertheless seek God
with a sincere heart, and, moved by grace, try in their actions to do his
will as they know it through the dictates of their conscience - those too
may achieve eternal salvation."
Dokumen-dokumen ini menunjukkan pendekatan Gereja yang
menolak ateisme tapi terbuka pada dialog dan kemungkinan keselamatan bagi
mereka yang tidak mengenal Tuhan secara eksplisit. Untuk teks lengkap, kunjungi
situs resmi Vatikan (vatican.va).
Kasih yang Melampaui Keyakinan: Menghormati dan Mencintai Sesama
Saat ini, satu dari tiga orang di dunia mengaku sebagai
pengikut ajaran Kristus. Angka ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh
nilai-nilai Kristen dalam kehidupan umat manusia di berbagai belahan dunia.
Dari kota besar hingga desa terpencil, dari budaya timur hingga barat, ajaran
kasih, pengampunan, dan belarasa yang diajarkan oleh Yesus Kristus menjadi
landasan hidup bagi jutaan orang. Fakta ini juga mengingatkan kita bahwa
Kekristenan bukan hanya identitas spiritual, tetapi juga panggilan untuk hidup dalam
belarasa dan memberi teladan kebaikan bagi sesama.
Lebih dari sekadar statistik, ajaran Kristus menekankan
bahwa setiap manusia, tanpa memandang latar belakang, adalah ciptaan Tuhan yang
layak dihormati. Jika kita berinteraksi dengan orang yang berbeda keyakinan,
bukanlah sekadar kewajiban moral, tetapi panggilan rohani untuk melihat
kemanusiaannya. Kristus mengajarkan bahwa kasih tidak boleh terbatas hanya pada
mereka yang seiman, melainkan harus merambah kepada setiap orang, bahkan kepada
mereka yang berbeda jalan hidup dan pandangan.
Oleh karena itu, menghormati dan mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri bukan hanya prinsip etika, tetapi juga refleksi dari iman Kristen yang hidup. Dengan menempatkan cinta kasih sebagai dasar interaksi, kita membangun harmoni dan kedamaian yang nyata di tengah keragaman. Kasih universal ini menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan, menumbuhkan belarasa, dan menegaskan bahwa setiap manusia memiliki nilai yang tak tergantikan di mata Tuhan.