Hitung Berkatmu!
| Hitunglah berkatmu! Betapa kita kurang bersyukur, Tuhan kita Maha Pemurah. Ist. |
Oleh Masri Sareb Putra
Betapa kita kurang bersyukur. Apa yang kita peroleh. Apa yang kita dapatkan. Seberapa pun "rejeki pada hari ini" kita terima, jarang kita syukuri.
Sementara Tuhan? Sehelai rambut pun yang jatuh dari kepala kita, tak pernah luput dari hitungan dan perhatian-Nya.
Kita wajib bersyukur
Injil Matius 10:30, yang berbunyi, “Bahkan semua rambut di
kepalamu pun terhitung jumlahnya.” Yesus menekankan perhatian Tuhan yang
mendetail dan kasih-Nya yang personal terhadap setiap orang. Sang Sabda yang menjadi manusia menunjukkan bahwa
tidak ada hal kecil dalam hidup kita yang luput dari pengawasan Tuhan.
Lagu rohani “Hitung Berkat-Mu” (Nnyanyian Kemenangan
Iman - NKI 234) menampilkan pesan yang sederhana namun mendalam: bersyukur
kepada Tuhan dalam setiap keadaan hidup.
Dari bait pertama, lagu ini menyinggung realitas kehidupan
yang penuh tantangan. “Bila tofan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan
letih lesu,” kata liriknya, menggambarkan momen-momen ketika kita merasa
terbebani, lelah, atau putus asa. Secara teologis, ini mengingatkan kita bahwa
penderitaan adalah bagian dari pengalaman manusia.
Namun, lagu ini tidak berhenti pada kesedihan itu. Ia segera menuntun pendengar untuk mempraktikkan iman secara konkret: “Berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya.”
Ungkapan ini selaras
dengan prinsip Alkitabiah seperti yang diajarkan Paulus di 1 Tesalonika 5:18,
yang mengajak umat untuk bersyukur dalam segala hal. Bersyukur bukan sekadar
ucapan, tetapi sebuah latihan rohani yang menggeser fokus dari masalah ke kasih
dan pemeliharaan Allah.
Refrain lagu, “Berkat Tuhan mari hitunglah, kau kan kagum
oleh kasihNya,” menegaskan inti dari pengalaman iman ini. Dalam kehidupan
sehari-hari, mudah bagi kita untuk hanya memperhatikan kekurangan atau masalah.
Lagu ini mengingatkan
kita bahwa menghitung berkat Tuhan menghasilkan kekaguman. Kekaguman ini bukan
sekadar emosi, melainkan pengakuan batin akan kehadiran kasih Allah yang setia
dan tak pernah gagal. Mazmur 103:2-4 mengingatkan kita untuk “pujilah TUHAN,
hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya.” Dengan kata lain,
bersyukur adalah tindakan sadar untuk mengingat dan menghargai kebaikan Tuhan
dalam hidup kita, bahkan ketika sekitarnya tampak sulit.
Menghadapi Beban dan Godaan dengan Iman
Bait berikutnya menyinggung beban yang nyata: “Adakah beban
membuat kau penat, salib yang kau pikul menekan berat.” Lagu ini tidak
menghindari realitas penderitaan dan tanggung jawab yang kita pikul dalam
hidup.
Dalam perspektif teologi Kristen, salib yang kita pikul bisa
melambangkan tantangan, kesulitan, atau panggilan hidup yang menuntut totalitas.
Namun, lagu ini mengajarkan cara iman untuk menghadapi beban itu: “Hitunglah
berkatNya pasti kau lega, dan bernyanyi t’rus penuh bahagia.”
Ada prinsip teologis yang kuat di sini: mengingat dan
menghitung berkat Tuhan membawa legawa, sukacita, dan ketenangan batin, bahkan
di tengah kesulitan. Hal ini sejalan dengan ajaran Yesus di Matius 11:28-30,
bahwa mereka yang letih dan berbeban berat dipanggil kepada-Nya untuk menemukan
kelegaan.
Selanjutnya, lagu mengajak kita untuk menghadapi godaan iri hati dan perbandingan sosial: “Bila kau memandang harta orang lain, ingat janji Kristus yang lebih permai.”
Dalam dunia yang mudah mengukur keberhasilan dengan materi, lirik ini menegaskan bahwa berkat sejati bukan selalu berupa harta duniawi, melainkan kekayaan surgawi yang tak ternilai.
“Hitunglah berkat yang
tidak terbeli, milikmu di surga tiada terperi” menguatkan pesan ini. Hal ini
mengingatkan kita pada Matius 6:19-21, yang mengajarkan untuk menimbun harta di
surga, bukan di bumi. Dengan kata lain, iman mengubah perspektif kita: dari
mengejar dunia menjadi menghargai hadiah kekal dari Allah.
Keyakinan pada Perlindungan dan Hadirat Allah
Bait terakhir menutup lagu dengan penguatan yang menenangkan: “Dalam pergumulanmu didunia, janganlah kuatir Tuhan adalah, hitunglah berkat malaikat sertamu, dan sepanjang jalanmu menghiburmu.”
Lagu ini menegaskan bahwa iman tidak hanya melihat berkat
sebagai kebaikan materi atau sukacita rohani. Berkat juga mencakup perlindungan
dan pendampingan ilahi yang nyata.
Mazmur 91:11 mengajarkan bahwa malaikat-malaikat Tuhan menjaga kita, sementara
Ibrani 13:5-6 menegaskan bahwa Tuhan selalu hadir sebagai penolong dalam hidup
kita.
Menghitung berkat, dalam konteks ini, berarti mengenali hadirat Allah dalam
setiap langkah kita, bahkan dalam hal-hal kecil yang sering luput dari
perhatian.
Syair dan lagu “Hitung Berkat-Mu” mengajarkan sebuah paradigma rohani yang penting. Agar manusia senantiasa bersyukur bukan hanya tindakan formal, tetapi praktik iman yang mengubah hati dan pikiran.
Menghitung
berkat berarti menoleh ke kasih Allah dalam segala keadaan. Dari penderitaan
dan kelelahan. Dari godaan iri hati hingga tantangan hidup sehari-hari.
Lagu ini meneguhkan keyakinan bahwa setiap berkat, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, adalah wujud kasih Tuhan yang nyata dan dapat diandalkan.
Dengan menghitung berkat, kita tidak hanya melihat kehidupan dengan
mata iman. Kita juga belajar untuk bersukacita, lega, dan kagum akan Allah,
yang setia memelihara umat-Nya setiap hari.
Lagu ini, dengan kesederhanaannya, menjadi pengingat praktis bagi setiap orang percaya. Bahkan di tengah badai menerapa kehidupan kita.
Menghitung berkat Tuhan membawa sukacita yang melampaui keadaan apa saja. Menghadirkan kedamaian, dan menumbuhkan iman yang dewasa.