Bunda Maria, Ratu Segala Orang Kudus

Maria, ratu para orang kudus dan bait Allah Perjanjian Baru, Teo-thokos
Maria, ratu para orang kudus dan bait Allah Perjanjian Baru, Teo-thokos (bunda Tuhan). Sumber gambar:Picture Book of Saints ((halaman 11)

Oleh  Sr. Tanti Yosepha

Bunda Santa Perawan Maria, dalam buku Picture Book of Saints ((halaman 11) nomor 1 dari senarai segala orang kudus yang pernah hidup di muka bumi ini sepanjang zaman.

Gelaran yang sangat pas! Maria adalah teladan tertinggi dari semua orang kudus.

Dalam tradisi Gereja Katolik, gelar ini menegaskan bahwa segala kebajikan para kudus ditemukan secara sempurna dalam diri Maria, sehingga ia layak dihormati sebagai Ratu para Kudus.

Dari awal kisah Kabar Sukacita hingga ia hadir bersama para murid setelah Yesus naik ke surga, Injil menampilkan Maria sebagai pribadi yang rendah hati, penuh iman, dan senantiasa mendampingi Putranya dalam suka maupun duka.

Injil-injil kanonik (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) tidak secara eksplisit menyebutkan siapa orangtua Maria. Mereka hanya menceritakan Maria sebagai perawan dari Nazaret yang bertunangan dengan Yusuf dari keluarga Daud.

Namun, tradisi Gereja awal (khususnya dalam tulisan apokrif Protoevangelium Yakobus, abad ke-2) menyebut bahwa orangtua Maria adalah Joakim dan Anna. Tradisi ini kemudian diterima luas dalam Gereja Katolik maupun Ortodoks. Karena itu, Santo Yoakim dan Santa Anna dihormati sebagai orangtua Santa Perawan Maria.

Kronologi Kehidupan Maria dalam Injil

  1. Kabar Sukacita (Annuntiatio)
    Dalam Lukas 1:26-38, Malaikat Gabriel diutus Allah ke Nazaret, sebuah kota kecil di Galilea. Di sana ia menyampaikan kabar kepada Maria, seorang perawan yang bertunangan dengan Yusuf dari keturunan Daud. Gabriel menyapanya: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut, tetapi malaikat menenangkannya: ia akan mengandung seorang Anak oleh kuasa Roh Kudus. Anak itu adalah Yesus, Putra Allah yang Mahatinggi. Maria dengan rendah hati menjawab: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
  2. Kunjungan kepada Elisabet (Visitasi)
    Segera setelah menerima kabar itu, Maria berangkat ke daerah pegunungan di Yehuda (Luk. 1:39-56). Ia mengunjungi Elisabet, saudaranya, yang juga sedang mengandung Yohanes Pembaptis. Saat Maria memberi salam, bayi dalam kandungan Elisabet melonjak kegirangan. Elisabet berseru: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu!” Maria pun melantunkan kidung pujian yang dikenal sebagai Magnificat.
  3. Kelahiran Yesus
    Ketika Kaisar Agustus memerintahkan sensus, Maria dan Yusuf pergi ke Betlehem, kota asal Daud (Luk. 2:1-7). Di sana, Maria melahirkan Putranya yang sulung, membungkus-Nya dengan lampin, dan membaringkan-Nya di palungan karena tidak ada tempat di penginapan.
  4. Yesus Dipersembahkan di Bait Allah
    Menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf mempersembahkan Anak mereka di Bait Allah (Luk. 2:22-38). Simeon yang saleh menyambut Yesus dan menubuatkan bahwa Anak ini akan menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan, dan kepada Maria ia berkata: “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.” Nubuat ini menandai penderitaan Maria di kemudian hari.
  5. Maria dan Keluarga di Nazaret
    Maria, Yusuf, dan Yesus kembali ke Nazaret. Di sana Yesus bertumbuh besar, penuh hikmat dan kasih karunia Allah (Luk. 2:39-40). Kisah masa kecil Yesus yang dicatat Injil hanya sedikit, salah satunya ketika Yesus berusia 12 tahun dan tinggal di Bait Allah. Maria dengan cemas mencarinya, lalu Yesus berkata: “Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk. 2:49).
  6. Pernikahan di Kana
    Dalam Injil Yohanes (Yoh. 2:1-11), Maria hadir pada pesta pernikahan di Kana, Galilea. Ketika anggur habis, Maria menengahi kebutuhan tuan rumah kepada Yesus. Ia berkata kepada para pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” Yesus kemudian mengubah air menjadi anggur, mukjizat pertama-Nya, atas dorongan ibunya.
  7. Maria di Kaki Salib
    Ketika Yesus disalibkan, Maria berdiri di dekat salib bersama murid-murid lain (Yoh. 19:25-27). Dari kayu salib, Yesus menyerahkan Maria kepada murid yang dikasihi-Nya: “Ibu, inilah anakmu.” Dan kepada murid itu: “Inilah ibumu.” Sejak saat itu, Maria menjadi ibu rohani bagi semua murid Kristus.
  8. Maria bersama Para Rasul
    Setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus, Maria tetap setia bersama komunitas para rasul. Dalam Kisah Para Rasul 1:14, ia disebut bertekun dalam doa bersama mereka, menantikan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.

Maria diangkat ke surga

Setelah menjalani hidup yang suci hingga wafatnya, Perawan Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Di sana, ia dimahkotai sebagai Ratu Surga oleh Putranya sendiri.

Maria dipandang sebagai Ratu karena Yesus Kristus, Putranya, adalah Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus. Sebagai manusia, Yesus adalah Raja dan Tuhan atas seluruh ciptaan. Ia menjadi Raja karena telah menebus manusia. Maka, Maria pun memperoleh martabat ratu, sebab ia mengambil bagian yang amat istimewa dalam karya penebusan: dalam pergumulan Yesus menghadapi musuh-musuh-Nya dan dalam kemenangan-Nya atas mereka. Dengan demikian, Maria ikut serta dalam martabat kerajaan-Nya.

Melalui perannya dalam Inkarnasi dan Penebusan, melalui keibuannya yang ilahi serta penderitaannya di Kalvari, Maria kini menolong manusia untuk menerima rahmat-rahmat yang diperoleh Putranya. Santo Bernardus pernah berkata: “Adalah kehendak Allah bahwa kita memperoleh segala sesuatu melalui Maria.” Para kudus pun menerima rahmat yang mereka butuhkan lewat doa-doa Maria. Segala kebajikan yang mereka jalani sesungguhnya juga ditemukan dalam dirinya. Karena itu, Maria sungguh layak disebut Ratu Segala Orang Kudus.

Pengakuan Gereja atas peran agung Maria ini ditegaskan pada 11 Oktober 1954, ketika Paus Pius XII menetapkan Pesta Maria Ratu yang dirayakan setiap 31 Mei.

Maria menurut tradisi Gereja

Injil memberi kita gambaran tentang Maria dalam peristiwa besar hidup Yesus, maka tradisi Gereja melengkapi dengan kisah asal-usul, peran spiritual, dan penghormatan yang diberikan kepadanya sepanjang abad. Bagi umat Kristiani, Maria bukan sekadar tokoh sejarah, melainkan Bunda yang mendampingi anak-anaknya hingga kini.

  1. Kelahiran Maria
    Kitab Suci tidak mencatat kisah kelahiran Maria. Namun tradisi Gereja, khususnya dari kitab apokrif Protoevangelium Yakobus (abad ke-2), menyebut bahwa orangtua Maria bernama Santo Yoakim dan Santa Anna. Mereka adalah pasangan yang saleh, tetapi lama tidak dikaruniai anak. Doa mereka akhirnya dijawab: lahirlah seorang putri yang kelak dipilih Allah menjadi Bunda Sang Mesias. Gereja kemudian menetapkan Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria pada 8 September.
  2. Masa Kanak-kanak Maria
    Tradisi juga menyebut Maria dipersembahkan orangtuanya ke Bait Allah sejak kecil sebagai tanda syukur. Ia dididik dalam kesucian dan doa, mempersiapkan diri tanpa sadar untuk panggilan agung sebagai “Theotokos” (Pembawa Allah). Karena itu, Gereja merayakan Pesta Maria Dipersembahkan di Bait Allah setiap 21 November.
  3. Pertunangan dengan Yusuf
    Maria bertunangan dengan Yusuf, seorang pria dari keturunan Daud. Dari sini jelaslah rencana Allah: Sang Mesias akan lahir dari keturunan Daud, sesuai nubuat para nabi. Meski bertunangan, Maria tetap hidup dalam kesucian dan keterbukaan total pada kehendak Allah.
  4. Maria, Bunda Yesus
    Injil menceritakan Maria sebagai ibu yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan Yesus dengan kasih. Ia menyimpan segala peristiwa dalam hatinya, merenungkan setiap misteri hidup Putranya (Luk. 2:19, 51). Perannya bukan hanya biologis, melainkan juga rohani: Maria mendampingi Yesus hingga akhir hidup-Nya di salib.
  5. Maria dalam Gereja Perdana
    Sesudah Yesus naik ke surga, Maria tetap hadir dalam persekutuan para murid (Kis. 1:14). Kehadirannya meneguhkan iman Gereja mula-mula. Karena itu, Gereja memandang Maria sebagai Bunda Gereja, yakni gelar yang ditegaskan Paus Paulus VI pada Konsili Vatikan II.
  6. Akhir Hidup Maria
    Kitab Suci tidak mencatat bagaimana akhir hidup Maria. Namun tradisi kuno Gereja meyakini bahwa Maria wafat dengan damai (disebut Dormition, artinya “tertidur”), lalu diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Dogma Maria Diangkat ke Surga (Assumptio Mariae) ditetapkan Paus Pius XII pada 1 November 1950.
  7. Maria, Ratu Surga
    Sesudah diangkat ke surga, Maria dimahkotai oleh Putranya sendiri sebagai Ratu Surga dan Bunda Segala Bangsa. Gelar ini menegaskan perannya yang terus-menerus menyertai Gereja, mendoakan umat beriman, serta menuntun mereka kepada Kristus. 

 Paus Pius XII menetapkan Pesta Maria Ratu pada 31 Mei.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org