Umat Allah di Kalimantan dalam Tekanan
Dalam konteks modern, umat Allah, termasuk orang-orang Dayak di Kalimantan, juga mengalami bentuk penganiayaan yang berbeda dari zaman Perjanjian Baru. Jika pada masa gereja mula-mula penganiayaan terjadi karena iman kepada Kristus, maka di Kalimantan, orang Dayak menghadapi penganiayaan dalam bentuk perampasan tanah, eksploitasi sumber daya alam, dan marginalisasi budaya mereka oleh perusahaan-perusahaan besar dan kekuatan dari luar.
1. Penganiayaan terhadap Umat Allah di Kalimantan
Orang Dayak, sebagai bagian dari umat Allah, telah lama hidup selaras dengan alam dan mempertahankan tanah leluhur mereka. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, mereka menghadapi tantangan besar dari berbagai pihak:
-
Perusahaan Sawit dan Tambang Merampas Tanah Leluhur
-
Banyak perusahaan kelapa sawit dan tambang masuk ke wilayah Kalimantan, menggusur hutan yang menjadi sumber kehidupan orang Dayak.
-
Tanah adat yang seharusnya diwarisi turun-temurun mulai diambil alih dengan berbagai cara, termasuk melalui manipulasi hukum dan tekanan dari aparat.
-
Orang Dayak yang menolak menyerahkan tanah mereka sering menghadapi intimidasi, bahkan kriminalisasi.
-
-
Kekuatan Politik dan Ekonomi dari Luar
-
Pemerintah sering kali lebih berpihak kepada investor daripada kepada masyarakat adat.
-
Transmigrasi dan urbanisasi menyebabkan orang Dayak terpinggirkan di tanah mereka sendiri.
-
Pengaruh kapitalisme global membuat pola hidup tradisional orang Dayak semakin tergeser oleh gaya hidup modern yang tidak selalu sejalan dengan kearifan lokal.
-
2. Kemiripan dengan Penganiayaan dalam Perjanjian Baru
Jika dibandingkan dengan penganiayaan orang Kristen dalam Perjanjian Baru, ada beberapa kesamaan:
-
Seperti umat Kristen mula-mula yang dianiaya karena iman mereka, orang Dayak dianiaya karena mempertahankan tanah dan budaya mereka.
-
Seperti Paulus yang menghadapi penguasa Roma, orang Dayak menghadapi kekuatan besar yang memiliki kuasa hukum dan ekonomi untuk menekan mereka.
-
Seperti Stefanus yang dibunuh karena bersaksi, beberapa aktivis adat Dayak juga mengalami kekerasan atau ancaman karena membela hak-hak mereka.
3. Panggilan untuk Bangkit dan Bertahan
Dalam Alkitab, Yesus berkata:
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Matius 5:10)
Orang Dayak, sebagai umat Allah, dipanggil untuk terus mempertahankan tanah, budaya, dan hak-hak mereka dengan bijaksana dan damai. Seperti gereja mula-mula yang bertahan di tengah penganiayaan dan akhirnya menyebarkan Injil ke seluruh dunia, orang Dayak juga harus tetap teguh dalam identitas mereka, berjuang dengan cara-cara yang benar, dan menggunakan strategi yang cerdas untuk melindungi warisan leluhur mereka.
Kesimpulan
Penganiayaan tidak hanya terjadi dalam bentuk fisik dan agama, tetapi juga dalam bentuk ekonomi, sosial, dan budaya. Umat Allah di Kalimantan, khususnya orang Dayak, harus bersatu untuk menghadapi tantangan ini dengan iman, kebijaksanaan, dan semangat juang agar tidak kehilangan tanah dan identitas mereka.