Book Review: Handbook of Servant Leadership
Handbook of Servant Leadership, karya Prof. Dr. AB. Susanto, yang diterbitkan oleh The Jakarta Consulting Group pada tahun 2020, menyajikan sebuah eksplorasi mendalam mengenai konsep kepemimpinan pelayan. Dengan tebal 375 halaman, buku ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan esensial tentang pola dan model pemimpin yang efektif dan efisien, yang tidak hanya berhasil mencapai tujuan, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan pengikutnya. Penulis merujuk pada sosok Yesus sebagai model pemimpin yang melayani, menggambarkan bagaimana pendekatan ini mampu membawa orang lain menuju tujuan dengan kasih sayang dan pengertian.
Dalam kata pengantar buku ini, penulis menyatakan bahwa tujuan utamanya adalah menyiapkan generasi pemimpin baru yang memiliki visi dan misi jelas, mirip dengan bagaimana Yesus membimbing murid-murid-Nya. Penulis ingin menekankan bahwa kepemimpinan yang efektif tidak hanya terletak pada kekuasaan atau pengaruh, tetapi pada kemampuan untuk mendengarkan, melayani, dan memberdayakan orang lain. Ini menjadi landasan dari hipotesis yang diajukan, yaitu bahwa pemimpin yang melayani—yang mengarahkan dan menggali potensi pengikutnya, serta memotivasi dan melindungi mereka—adalah pemimpin yang paling efektif.
Kerangka penelitian dalam buku ini disusun dalam empat bagian besar yang terbagi menjadi 12 bab, masing-masing mengupas aspek berbeda dari kepemimpinan pelayan. Bab pertama membahas tentang pemimpin yang melayani dalam konteks beragam pendekatan kepemimpinan. Di bab-bab selanjutnya, penulis menggali konsep “Servant Leadership,” menjelaskan pentingnya pendekatan ini, serta pilar-pilar yang mendasarinya. Konsep pilar yang terdiri dari Penatalayanan (Stewardship), Melayani (Serve), dan Ketulusan (Sincerity) menjadi fokus utama, di mana penulis menekankan bahwa seorang pemimpin harus berkomitmen untuk melayani orang lain, serta memiliki nilai kejujuran dan keterbukaan dalam setiap interaksi.
Penulis mengungkapkan bahwa Penatalayanan berfokus pada tanggung jawab dan akuntabilitas pemimpin terhadap sumber daya dan kesejahteraan komunitas. Dalam hal ini, seorang pemimpin berfungsi sebagai penjaga, memastikan bahwa keputusan yang diambil bermanfaat bagi semua. Pilar kedua, Melayani, menekankan pentingnya menempatkan kebutuhan orang lain di depan, membangun budaya empati, dan menciptakan lingkungan di mana anggota tim merasa dihargai. Sementara itu, Ketulusan menjadi alat penting dalam kepemimpinan pelayan yang efektif, di mana pemimpin harus berkomunikasi dengan jujur dan mengakui kesalahan untuk membangun kepercayaan.
Metode penelitian yang digunakan dalam buku ini adalah metode kualitatif, di mana penulis melakukan wawancara mendalam dengan pemimpin di internal The Jakarta Consulting Group. Melalui observasi partisipatif, penulis menggali bagaimana prinsip-prinsip kepemimpinan pelayan diterapkan dalam praktik sehari-hari. Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis tematik untuk mengidentifikasi pola dan tema utama, dengan tujuan untuk memahami kontribusi prinsip Penatalayanan, Melayani, dan Ketulusan terhadap keberhasilan organisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan pelayan dapat meningkatkan keterlibatan, kepercayaan, dan inovasi di dalam tim. Konsep ini, yang pertama kali dicetuskan oleh Robert K. Greenleaf dalam esainya The Servant as a Leader pada tahun 1970, menggarisbawahi pentingnya seorang pemimpin yang menjadi “pelayan pertama” dan mendahulukan kebutuhan orang lain. Penulis mengaitkan prinsip ini dengan karakteristik pemimpin pelayan yang diidentifikasi oleh Larry C. Spears, yang mencakup mendengarkan, empati, penyembuhan, dan komitmen pada pertumbuhan orang. Pendekatan ini tidak hanya relevan dalam konteks global tetapi juga memiliki implikasi mendalam dalam konteks lokal Indonesia.
Buku ini menunjukkan bahwa di Indonesia, ilmu kepemimpinan sering kali tertinggal dibandingkan dengan dunia Barat. Oleh karena itu, penulis berusaha menghadirkan referensi kepemimpinan yang melayani yang tetap mempertahankan teori universal, sambil mengintegrasikan contoh kasus yang kaya dari konteks Indonesia. Penulis menekankan bahwa menjadi pemimpin yang melayani adalah proses berkelanjutan yang mencerminkan pertumbuhan diri, individu, dan organisasi yang dipimpin. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin harus secara aktif mengadopsi karakteristik yang diidentifikasi oleh Spears untuk menjadikan kepemimpinan pelayan sebagai bagian dari budaya organisasi.
Kekuatan utama dari buku ini terletak pada kemampuannya untuk menjembatani teori dan praktik. Prof. Susanto, dengan latar belakang sebagai akademisi dan praktisi manajemen, memberikan perspektif holistik yang sangat berharga. Ia berhasil mengaitkan teori-teori kepemimpinan dengan wawasan praktis, membuat buku ini relevan dan mudah dipahami. Melalui contoh-contoh nyata yang diambil dari pengalamannya di lapangan, penulis memberikan panduan yang bermanfaat bagi para pemimpin dalam menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan pelayan.
Namun, perlu dicatat bahwa buku ini cenderung menggunakan banyak contoh dari konteks pemimpin Kristen. Ini bisa menjadi keterbatasan bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan konteks tersebut. Misalnya, istilah-istilah yang berkaitan dengan tradisi Kristen, seperti "membasuh kaki" dan relasi antara gembala dan domba, mungkin tidak sepenuhnya dipahami oleh semua pembaca. Meskipun demikian, penulis dengan jelas menyampaikan bahwa inti dari kepemimpinan pelayan dapat diterapkan secara universal, dan prinsip “I serve therefore I lead” memiliki makna yang dalam, terlepas dari konteks budaya.
Secara keseluruhan, Handbook of Servant Leadership adalah karya yang sangat berharga bagi para pemimpin di Indonesia dan siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang kepemimpinan pelayan. Buku ini bukan sekadar kumpulan teori, tetapi merupakan panduan praktis yang dapat membantu pembaca mengembangkan diri menjadi pemimpin yang lebih efektif dan inspiratif. Dengan mengedepankan nilai-nilai layanan dan pengabdian, penulis mengajak kita untuk memikirkan kembali cara kita memimpin dan berinteraksi dengan orang lain.
Buku ini sangat relevan di tengah tantangan yang dihadapi dunia saat ini, di mana kepemimpinan yang penuh empati dan perhatian terhadap kesejahteraan orang lain menjadi semakin penting. Dalam dunia yang cepat berubah ini, pemimpin yang mampu melayani dan memberdayakan pengikutnya akan lebih siap menghadapi tantangan dan mencapai keberhasilan jangka panjang. Melalui kombinasi antara teori yang kuat dan aplikasi praktis, Handbook of Servant Leadership memberikan wawasan yang mendalam dan alat yang berguna bagi siapa saja yang ingin menerapkan prinsip kepemimpinan pelayan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, buku ini berhasil menyampaikan pesan bahwa kepemimpinan yang efektif tidak hanya tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang bagaimana cara kita mencapai tujuan tersebut. Dengan mengedepankan nilai-nilai pelayanan, kepemimpinan pelayan dapat menjadi cara yang sangat efektif untuk membangun tim yang kuat, inovatif, dan terlibat, serta menciptakan lingkungan kerja yang positif. Sebagai hasilnya, pembaca diajak untuk merenungkan kembali peran mereka sebagai pemimpin, dan bagaimana mereka dapat menerapkan prinsip-prinsip ini dalam konteks masing-masing. Buku ini bukan hanya sebuah referensi, tetapi juga inspirasi bagi setiap pemimpin yang ingin meninggalkan jejak positif di dalam organisasi dan komunitas mereka.
Penulis: Adil Bertus